Kamis, 16 Desember 2010

Hari Penghapusan Kekerasan atas Perempuan

Oleh :Pdt.Hallie Jonathans.
GPIB Martin Luther

A. Apa arti HPKAP.
Ada kesan dunia lebih injili dari gereja.Mengapa saya katakan demikian? Karena semua resolusi dan deklarasi yang dikeluarkan oleh PBB sering tak disentuh oleh Gereja. Pasti ada yang bertanya, mengapa sih mengajukan Hari Penghapusan Kekerasan atas Perempuan ini dalam Ibadah Rutin Persatuan Perempuan? Karena hal itu tidak dilakukan oleh Gereja. Gereja sibuk dengan agenda pencarian dana terus menerus. Di sanalah Para Perempuan GPIB diajak melakukan upaya keras mendapatkan dana tersebut. Yang menikmati pencarian dana tersebut adalah hampir semua laki-laki. Mau bukti? Dalam Majelis Sinode XIX GPIB hanya ada satu Pendeta Perempuan yang terpilih menjadi Fungsionaris Majelis Sinode GPIB. Namanya Pdt. Jacoba Marlene Joseph. S.Th. Kini beliau adalah Sekretaris I Majelis Sinode XIX GPIB.
Hari ini kita bicara tentang Kekerasan. Bagaimana tidak menyentuh Kekerasan? Bukankah sudah banyak perempuan yang mengalami kekerasan? Sebut saja Sumiyati yang mendapatkan perlakuan di luar kemanusiaan, bahkan bibirnya digunting oleh Majikan perempuannya. Seorang lagi ditemukan sudah mati, dibuang di tempat sampah. Wah di Tanah Suci hal itu terjadi? Saya tak dapat membayangkan bagaimana orang pada zaman modern seperti ini dapat begitu biadab seperti masih hidup dalam zaman jahilliah.
Pertama-tama dilakukan moratorium, tindakan menghentikan pengiriman Tenaga Kerja Perempuan Indonesia ke Arab Saudi dan Negara lainnya. Tercatat di Malaysia terbanyak korban kekerasan atas perempuan Indonesia. Harus diadakan MOU antar Dua Negara, Pengirim dan Penerima Tenaga Kerja Perempuan Indonesia itu. Akhirnya membuka lowongan pekerjaan bagi para Perempuan di Tanah Air, tanpa terlalu harus ramai-ramai mengirimkan bagaikan mengirim budak-budak kerja tanpa jaminan yang memadai bahkan tanpa perlindungan. Ini bukan masalah punya Ponsel atau tidak. Ini masalah mengatur, mempersiapkan dan mengirim serta memantau , kemudian melindungi dan membela mereka, supaya tetap aman dan tak menderita di tangan majikan mereka . Pasti masih banyak majikan yang tak beradab. Saya iri bagaimana Tenaga kerja perempuan di Filipina justru amat terlindungi dari praktek seperti itu. Yang pasti masih banyak bahaya yang menanti para TKPI di mana saja.
Sementara itu tidak banyak di antara Warga Jemaat yang rumah tangganya ada Pembantu Rumah Tangga. Pekerjaan dalam rumah sepertinya amat dipandang rendah oleh para pemuda dan pemudi kita yang nampaknya lebih memilih mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi. Apa salahnya? Tak salah, tetapi tak mau memebrsihkan rumah dan mencuci pakaian atau perabotan dapur merupakan kesombongan priayi dari siapa saja. Tetapi perilaku kita adalah memberikan banyak pekerjaan kepada Para Pembantu Rumah Tangga itu. Bahkan harus siap membuka pintu tatkala kita sebagai Majikan pulang pada larut malam bahkan sudah memasuki pagi hari. Tak ada perjanjian tentang istirahat setelah jam 6 sore.
Mari kita lihat apa yang dimaksudkan dengan Hari Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari PKTP. Hari Internasional bagi PKTP. Berdasarkan Resolusi PBB Nomor 54/134 tertanggal 17 Desember 1999, maka Sidang Umum ke 54 PBB menetapkannya demikian. Pada tanggal 20 Desember 1993, Sidang Umum PBB telah menerima atau mengadopsi Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
Kekerasan , terjemahan dari kata Violence, mengindikasikan kekerasan terhadap Para Perempuan. Hal itu telah diangkat oleh para LSM atau NGO Dunia sejak 1981, tatkala terjadi suatu pembunuhan dengan cara biadab oleh Penguasa Republik Dominika berdasarkan perintah dari Penguasa Rafael Trujil. Pembunuhan biadab itu dilakukan atas Tiga Orang Suster Maribal yang merupakan aktivis politik di Republik Dominika tersebut.
Ketiga Suster Mirabel ini dikenal sebagai Kupu-kupu yang Tak terlupakan, “Unfogettable Butterflies”. Mereka menjadi Simbol Perlawanan terhadap Kekerasan Terhadap Perempuan di Amerika Latin bahkan Dunia. Bukan hanya memperingati kehidupan para Suster Mirabel ini, tetapi adalah upaya untuk mendapatkan Pengakuan Global atas Kekerasan terhadap Gender Perempuan ini. Kekerasan terhadap Perempuan dan anak-anak gadis adalah ,masalah “pandemic proportions:”. Paling tidak menurut laporan UNIFEM, maka satu orang perempuan dari antara tiga perempuan telah menderita kekerasan terjadi atasnya. Pelaku kekerasan terhadapnya adalah orang yang sangat mengenalnya.
Coba isi sekarang kekerasan yang dialami oleh para Ibu atau Perempuan Martin Luther, lalu kita baca bersama, tanpa mencantumkan identitas, atau apapun. Usahakan menuliskan yang nyata dialami.
B. Bagaimana Tuhan Yesus memperlakukan para Perempuan?
Mari kita langsung melihat apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap Para Perempuan di zaman-Nya.
1. Tuhan Yesus menciptakan Perempuan setara dengan Pria.
2. Tuhan Yesus apabila berbicara dengan perempuan, berbicara di ruang yang tersedia dan terasaan bagi Perempuan untuk mempercakapkan halnya dengan Tuhan Yesus.
3. Tuhan Yesus membela Hak Perempuan untuk belajar tentang Injil, Kabar Baik itu, Mereka dibela oleh Tuhan Yesus, mereka memiliki hak menerima, mendengar dan bahkan berbicara tentang diri mereka dalam hubungan dengan Injil Kristus. Para perempuan memiliki privacy untuk berada bersama dengan Tuhan Yesus. Para Perempuan bukanlah sekedar harus menjadi pekerja dapur dan mengurus rumah tangganya. Mereka adalah mitra sederajat dengan pria. (Lukas 10:38-42).
4. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Persyaratan Utama bagi para Perempuan dan Pria menyambut independensinya atau kemandiriannya adalah bahwa mereka terus mengasihi Tuhan dan Sesama.(Lukas 11:27-28).
5. Tuhan Yesus menyembuhkan banyak Perempuan Pembebasan dari penyakit berhubungan dengan jaminan kesehatan jiwa dan fisik serta penghilangan lingkungan alam maupun sosial yang ekan menyebabkan kesehatan jiwa seseorang Perempuan terancam . Dalam Pengajaran-Nya, Tuhan Yesus membuka wawasan mereka, bahwa mereka telah mendapatkan tanpa keraguan berhak atas pembelaan dan perlindungan dari Tuhan Yesus.
6. Pria dan Perempuan adalah dua seks atau gender yang memiliki kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang hanya dapat dipenuhi dalam hubungan eratdengan Tuhan Yesus Kristus. Apabila menjadi suami istri maka mereka harus memilikinya secara bersama pula.
7. Dalam Matius 10:34 dan selanjutnya, kita membaca suatu hal yang amat kontroversial dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus membawa perpecahan.Tuhan Yesus tidak datang untuk membawa damai, melainkan pedang. Padahal Tuhan Yesus mempunyai saudara perempuan dan pria yang sungguh. Semua kontroversi diucapkan-Nyadalam rangka penyambu -tan akan Immanuel. Maksudnya adalah untuk berada dalam ketajaman hubungan dengan Tuhan dan mengetahui siapa Tuhan yang sungguh membebaskan dan menebus baik Pria maupun Perempuan.
8. Kisah Perempuan Samaria, adalah pembelaan terbuka oleh Tuhan Yesus terhadap Perempuan Samaria itu. Kisah Yohanes 4 itu pernah saya berikan di sini.
9. Sejak dalam PL maupun PB, kedudukan Perempuan dimaksudkan sebagai kedudukan yang amat tinggi. Tuhan Yesus adalah sahabat para perempuan ini. Jabatan Diakonos diberikan kepada Febe, ia disebut Diakonon. (Roma 16:1Lihat juga 1 Tomtius 3.).
10. Subordinasi Perempuan terhadap Pria tidak dibenar -kan. Tekanan pada siapa Pemimpin dalam Rumah Tangga bukan mengisyaratkan suatu sub-ordinasi.
11. Perceraian itu bukan diberikan begitu saja tetapi diberikan atas dorongan orang Israel. Musa memberikan Surat Cerai sebab hal itu merupakan kebutuhan orang Israel. Lihat Ulangan 24:1-4; Kejadian 2:24;
12. Pria dan perempuan adalah makhluk yang yang setara. Tetapi masing-masing mempunyai kewajiban masing-masing dan saling melengkapi, seperti kita lihat dalam Kejadian 2.
13. Pelayanan Modern dilakukan oleh Lidia, adalah hospitalitas, Kisah 16:13 dsl, dan Tabitha dalam Kisah 9:36 dinyatakan melakukan banyak sekali, secara khusus bagi orang miskin. Itu yang disebut perbuatan baik dan memberi sedekah.
14. Banyak sekali Lidia dan Tabita masakini dan masa akan datang , Perempuan-perempuan Kristiani yang diberkati Tuhan, untuk menyatakan kasih, keadilan, kesemaan , harkat dan martabat perempuan yang diterima dari Tuhan Yesus. Mereka berada dalam pelbagai bidang pengabdian dan seharusnya mampu mengembangkan dan mempercepat tercipta dan terlindunginya harkat dan martabat Perempuan di dunia ini.
15. Menjelang Peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2010, maka jelas tak cukup untuk hanya mencatat tentang Ibu yang melahirkan anak dan membesarkan anaknya. Hari Ibu yang dicanagnkan oleh Presiden Soekarno di waktu lalu justru sudah menyninggung permasalahan Perempuan seperti perkawinan pada usia muda , serta berbagai perhatian terhadap nasib perempuan yang memerlukan pembelaan yang besar melalui pelaksanaan Ideologi Pancasila dan Konstitusi serta Perundangan yang nyata. Lihatlah beberapa catatan di bawah ini.
16. Bagaimana seterusnya perjuangan mendapatkan persamaan hak pendidikan bagi perempuan? Itu dilakukan oleh organisasi Poetri Merdeka. Lahir tahun 1912, mendapat dukungan Budi Oetomo, sebagai organisasi laki-laki. Bagaimana perkembangannya kemudian? Organisasi-organisasinya adalah :
1. Pawiyatan Wanito (Magelang , 1915).
2. Percintaan Ibu kepada Anak Temurun (PIKAT) (Manado 1917).
3. Purborini. (Tegal, 1917).
4. Aisyiah atas bantuan Muhammadiyah, (Yogyakarta, 1917).
5. Wanita Soesilo , (Pemalang, 1918).
6. Wanito Hadi, (Jepara, 1919).
7. Poteri Boedi Sedjati, (Surabaya 1919).
8. Wanito Oetomo dan Wanita Moeljo, (Yogyakarta, 1920).
9. Serikat Kaum Iboe Soematra, (Bukit Tinggi, 1920).
10. Wanito Katolik, (Yogyakarta, 1924).
Semua ini dicatat oleh Sukanti Suryochondro: 1995. Organisasi perempuan ini menyebarkan cita-citanya melalui majalah. Itulah bentuk komunikasi dengan publik.
17. Secara umum, sifat tujuan organisasi tersebut adalah:
1. Sosial dan kultural dan pendidikan.
2. Memperjuangkan nilai-nilai baru dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
3. Mempertahankan ekspresi kebudayaan asli melawan aspek-aspek kebudayaan Barat yang tidak sesuai.
4. Kegiatan Sosial-Budaya, termasuk Kesenian dll.
18. Bayangkan, sibuknya Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia, (PPII), memperhatikan:
1. Perhatian pada Lingkungan Keluarga dan Masyarakat.
2. Kedudukan perempuan dalam hukum Perkawinan (Islam).
3. Pendidikan dan Perlindungan Anak-anak,
4. Pendidikan Perempuan,
5. Perempuan dalam Perkawinan.
6. Mencegah perkawinan anak-anak.
7. Nasib Yatim Piatu dan janda.
8. Pentingnya peningkatan harga diri perempuan.
9. Kejahatan Kawin Paksa.
18. Tahun 1935, dibentuk Badan Penyelidikan Perburuhan Kaum Perempuan, yang menyelenggarakan Rapat Umum untuk perempuan buruh batik di Lasem, Jawa Tengah.
Dibentuk pula Badan Pemberantasan Buta Huruf,
Badan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-anak.
Pada Kongres Perempuan II, Maret 1932, isu Nasionalisme dan Politik muncul. Perhatian diberikan pada Sanitasi di Kampung dan Tingginya Angka Kematian Bayi.
Suwarni Pringgodigdo, mendirikan organisasi perempuan yang aktif dalam perjuangan politik. Istri Sedar (1930), menerbitkan jurnalnya. Upaya menentang poligami menjadi amat penting, sebab poligami merugikan perempuan.
Luar biasa perjuangan ini.
19. Perempuan dan Ibu yang mendukung perjuangan suaminya dalam upaya pemerdekaan Indonesia, dibuang ke Boven Digul.Perjuangan Maria Ulfa, anggota Volksraad, ternyata gagal. Ia kemudian menjadi Menteri Sosial pada Kabinet Syahrir II, 1946. dan S.K Trimurti menjadi Menteri Perburuhan pada Kabinet Amir Syarifudin (1947-1948). Pada Pemuli 1955, gerakan perempuan Indonesia berhasil menempatkan perempuan sebagai anggota parlemen.
Jadi itulah pergerakan wanita atau perempuan dan ibu dalam konteks pembentukkan bangsa ke arah kemerdekaan.
20. Kita sekarang menghadapi permasalahan yang lebih kompleks atau jelimet. Namun pada dasarnya sama saja, sebab Kaum Perempuan tidak boleh sebagian dari padanya menjadi korban kekerasan baik di rumah tangga atau di masyarakat , atau di mana saja. Saya melihat Liturgi Hari Ibu yang dikeluarkan oleh Dewan Persekutuan Kaum Perempuan untuk merayakan Hari Ibu , 22 Desember ini,dilaksanakan Minggu 19 Desember 2010, sama sekali jauh dari perjuangan Wanita atau Perempuan dan Ibu Indonesia. Untuk tahun depan harus dibentuk Panitia Hari Ibu GPIB dengan tugas membuat Wawasan dan Liturgi serta Aksi Hari Ibu. Secara umum Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Perempuan GPIB harus mengejar ketinggalan perumusan dengan tepat tugas dan fungsi perempuan /wanita dan ibu dalam perubahan zaman seperti ini.
C. Bagaimana bentuk usaha atau upaya untuk menghentikan atau menghapuskan kekerasan terhadap Perempuan ? Sebutkan contoh dari praktek atau pengalaman lokal sampai upaya global.
D. Dearest Women , you will not be left alone.
25 November 2010 – In December 1999, the 54th session of the United Nations General Assembly adopted Resolution 54/134 declaring November 25th the International Day for the Elimination of Violence Against Women.
Selected learning materials
16 Days of Activism Against Gender Violence Campaign: Bibliography and Resource List
Program 16 Hari Aktivitas Melawan Kekerasan Gender ; suatu Kampanye.
Bibliography of resources which can be used in the annual 16 Days of Activism Against Gender Violence campaign (between 25 November, International Day to Eliminate Violence Against Women — which marks the violent deaths of the three Mirabal sisters in the Dominican Republic in 1960 — and 10 December, International Human Rights Day).
Child Trafficking and Sexual Exploitation
Penjualan Anak dan Eksploitasi Seksual.
This module contains four lesson plans and each lesson is highly flexible and adaptable. Standards by the National Council for the Social Studies (NCSS) were used to guide the development of this module and it is designed so that teachers can teach a lesson within 1-2 class periods to introduce the subject or fully integrate the materials into the classrooms throughout the year. Teachers can also combine different lesson plans or combine modules for a more comprehensive introduction. Some suggestions are provided by the author. Child trafficking is an extremely sensitive subject as it addresses trafficking of children for sexual exploitation. The module may be more appropriate for high school levels.
The Annotated Guide to the Complete UN Trafficking Protocol
Bimbingan Dengan Catatan terhadap Protokol PBB tentang Trafficking/Penualan Perempuan dan Anak.
The Annotated Guide to the new United Nations Trafficking Protocol is intended to be of use to legal professionals in their work on developing a human rights framework for national anti-trafficking laws and policies.
Trafficking in persons (Asian Human Rights Commission) Buku Pegangan tentang Trafficking/Manusia-manusia Korban /dan mereka yang Menaruh Perhatian terhadap hal ini.
The Handbook is intended for NGOs, activists and persons who come into contact with trafficked persons or who are interested in the issue of trafficking. This is a broad-based manual, containing general strategies that can be further adapted to local contexts. The Handbook was developed out of regional human rights training held for Asia and Eastern Europe, Africa and Latin America.
Handbook for legislation on violence against women.
Buku Pegangan bagi Legislasi mengenai Kekerasan terhadap Perempuan.
This handbook provides policymakers and other stakeholders with guidance on creating and strengthening policies against violence against women.
Other education and training materials about violence against women in HREA’s on-line Library
International and regional standards on combating and preventing gender-based violence: – Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) (1979)
Konvensi tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. – General Recommendation No. 19
Rekomendasi Umum, PBB . (11th Session of the Committee on the Elimination of Discrimination against Women, 1992) – Inter-American Convention on the Prevention, Punishment and Eradication of Violence Against Women (1994) Konvensi Inter Amerika tentang Pencegahan , penghukuman, dan penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan. – UN Declaration on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (1967) Deklarasi PBB tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. – UN Declaration on the Elimination of Violence Against Women (1993) Deklarasi PBB tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. – Beijing Platform for Action – Violence against Women (1995) Podium Beijing untuk Aksi-(melawan) Kekerasan Terhadap Perempuan. – UN Security Council resolution 1325 on Women, Peace and Security (2000). Resolusi Dewan Keamanan PBB No.1325 tentang Perempuan, Perdamaian dan Keamanan bagi Para Perempuan. – Optional Protocol to the International Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (2000) Protokol Opsional bagi Konvensi Internasional terhadap Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.
Useful Links
International Day for the Elimination of Violence Against Women (Dag Hammarskjöld Library)
(Hari Internasional bagi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
United Nations Development Fund for Women (UNIFEM). Pembangunan Dana Internasional PBB bagi (Penghapusan Kekerasan tentang kata Elimination) terhadap Perempuan.
Say NO to Violence Against Women
Katakan TIDAK terhadap KEKERASAN
Stop Violence Against Women (Amnesty International)
Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan. (Amnesti Internasional).
Asian Task Force Against Domestic Violence
Gugus Tugas Asia Melawan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
End Violence Against Women
Akhirilah Kekerasan terhadap Perempuan.
Violence Against Women Online Resources
Sumber Jejaring tentang Kekerasan terhadap Perempuan.
White Ribbon Campaign (Men working to end men’s violence against women)Kampanye Pemakaian Pita Putih, Upaya Pria mengakhiri Kekerasan Pria terhadap Perempuan.
Stop Rape Now (UN Action against sexual violence in conflicts) Hentikan Pemerkosaan !. Aksi PBB melawan Kekerasan Seksual di tengah Pertikaian (Negara).
16 Days of Activism Against Gender Violence (Global Fund for Women) Dana Global bagi Perempuan.
16 Years of 16 Days: U.S. Groups Combat Gender Violence Worldwide (OneWorld U.S.) 16 Tahun dari 16 Hari: Kelompok-Kelompok Perlawanan terhadap Kekerasan Gender Se –Dunia.
UNiTE to End Violence Against Women (UN Secretary General’s campaign). Bersatulah Mengakhiri Kekerasan terhadap perempuan.Sebuah Kampanye SekJen PBB. (Teks bahasa Indonesia oleh HJ).

Sabtu, 27 Maret 2010

Rencana TUHAN

Ayat : Yeremia 29:11-13
29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
29:12 Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
Firman Tuhan ini turun kepada nabi Yeremia di Yerusalem bagi orang-orang Israel yang dibawa raja Nebukadnezar ke Babilonia. Masa ini sering disebut sebagai masa pembuangan, yang oleh Tuhan ditetapkan berlangsung selama 70 tahun. Selama pembuangan Allah berjanji tetap mendengarkan dan memberkati mereka (ayat 12-13). Meskipun mengalami penderitaan dan hinaan yang hebat mereka tidak akan ditinggalkan sendirian oleh Tuhan, apabila mereka mau berseru dan mencari Dia.
Bagaimana dengan kita? saat menghadapi kesusahan yang dalam, kesulitan hidup, penyakit yang tak kunjung sembuh, kegagalan, kecelakaan, ataupun saat doa kita tak kunjung dijawab oleh Tuhan, seringkali dengan mudah kita menyalahkan Tuhan sambil bertanya : “kenapa ini terjadi dalam hidupku? Apa salah dan dosaku?” kita harus menyadari bahwa itu bukanlah sikap yang produktif. Sama sekali tidak membangun, namun melemahkan iman dan semangat. Pertanyaan yang produktif adalah: “apakah rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Apakah kehendak Tuhan bagiku?”
Ya, sebab tidak mungkin Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi atas hidup kita bagi tujuan yang buruk dan jahat. Tuhan pasti sedang merencanakan sesuatu yang indah bagi kita, hanya tunggulah waktu Tuhan dalam menggenapi rencananya. Rancangan Tuhan bukanlah rancangan yang membawa kecelakaan, namun yang menhasilkan kebaikan, kebahagiaan dan damai sejahtera.
Apapun persoalan dan masalah yang anda hadapi hari ini, jangan sampai melemahkan semangat dan iman anda kepada Allah. Jangan pula mencari-cari kesalahan orang lain sebagai ‘kambing hitam’ atas peristiwa yang sedang kita alami. Tunggu dan lihatlah bagaimana Tuhan menggenapi rencanaNya yang ajaib atas hidup saudara dan saya.

Masalahnya bukan pada Allah yang terlalu lambat menggenapi rencanaNya, namun pada kita yang selalu tidak menyadari kebahagiaan dibalik suatu peristiwa

Minggu, 21 Februari 2010

Si Kecil Kesengsem Gurunya?

Duh, kesalnya, meski mulut kita sudah berbusa meminta si kecil untuk membereskan mainannya, ia tak juga mengindahkannya. Eh, sekalinya patuh, ia bisa-bisanya berkata, "Oke, aku beresin. Soalnya kata pak guru, kalau habis main, semuanya harus dibalikin ke tempat semula."

Lho, bukankah kita juga bilang begitu selama ini? Apakah anak-anak sekecil ini pun sudah menganut paham, yang penting bukan apa yang dibicarakan tapi siapa yang berbicara?

Guru dan dokter
Guru dan dokter merupakan figur istimewa bagi anak-anak. Di usia 3-5 tahun, si kecil sudah bisa menilai kepandaian seseorang. Guru yang kerap mengajarinya banyak hal: bernyanyi, mewarnai, berbicara bahasa Inggris, hingga olahraga, masuk kategori pandai. Demikian pula dengan dokter yang mampu mengobatinya kala sakit. Lantaran guru dan dokter adalah orang pandai, ia akan sangat percaya dengan apa yang dikatakan mereka.

Jangan lupa, kebiasaan kita mengutip ucapan guru atau dokter juga menguatkan persepsi anak bahwa sosok guru dan dokter merupakan orang-orang yang bisa dipercaya dan dipatuhi. "Ayo, makan. Dokter kan bilang kamu harus banyak makan supaya cepat besar!" Atau, "Ingat apa yang dibilang bu guru? Sebelum berangkat sekolah kamu harus sarapan!"

Cara kita melarang tanpa alasan jelas dengan gaya yang membuat anak tersudut dan merasa tidak dihargai akan membangun kesan negatif pada diri anak.

Sosok idola
Masih ada beberapa alasan mengapa anak lebih percaya dan patuh terhadap guru atau dokter, seperti:

Lebih sabar
Selain mengetahui guru dan dokter adalah orang-orang pandai, anak pun kerap terkagum-kagum akan perilaku mereka yang penyabar, penuh senyum, penyayang, dan kerap membantu orang yang sedang membutuhkan. Kekaguman itu akan membuat anak mengidolakan mereka.

Dibandingkan kita yang kerap kehilangan kesabaran saat menasihati mereka, guru atau dokter biasanya menyampaikan sesuatu dengan cara yang sangat bersahabat, yang membuat anak merasa nyaman. Pada gilirannya, rasa nyaman ini menumbuhkan kedekatan anak dengan figur tersebut.

Rasa takut
Namun tak hanya pengidolaan, ketakutan pun bisa menjadi penyebab kepatuhan anak pada kata-kata guru atau dokter. Kita lah yang terkadang membangun persepsi yang menakutkan pada kedua profesi itu. "Kalau tidak mau makan nanti dimarahi bu guru, lho!" Atau, "Kamu mau disuntik dokter atau makan?"

Kata-kata yang berlebihan itu tentu dapat membuat anak-anak prasekolah bergidik. Kalau sikap guru atau dokter yang ditemuinya memang dingin dan kaku, atau anak pernah mengalami pengalaman buruk (misal, kesakitan kala disuntik) akan semakin mengukuhkan ketakutan anak.

Pendekatan berbeda
Pendekatan guru atau dokter kepada anak umumnya akan berbeda dengan orangtua. Profesionalitas akan mendorong guru atau dokter mencari cara agar pendekatan yang dilakukan pada seorang anak bisa berhasil (dalam arti anak merasa nyaman dan mau mengikuti keinginan mereka). Apabila pendekatan yang dilakukan orangtua amat bertolak belakang (misal orangtua kerap tidak sabar, kata-katanya tak lembut, terkesan memerintah dengan ekspresi marah) maka "kebanting lah" sosok orangtua.

Ingat, kemampuan anak-anak prasekolah sudah berkembang. Tanpa perlu diperintah, ia sebenarnya tahu kalau ia harus mandi, harus makan, harus cuci tangan, dan sebagainya. Ketika orangtua memerintah layaknya seorang raja, makan anak kerap tak patuh.

Narasumber: Natris Indriyani, Psi, dari Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

RANCANGAN TUHAN

Ayat : Yeremia 29:11-13
29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
29:12 Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
Firman Tuhan ini turun kepada nabi Yeremia di Yerusalem bagi orang-orang Israel yang dibawa raja Nebukadnezar ke Babilonia. Masa ini sering disebut sebagai masa pembuangan, yang oleh Tuhan ditetapkan berlangsung selama 70 tahun. Selama pembuangan Allah berjanji tetap mendengarkan dan memberkati mereka (ayat 12-13). Meskipun mengalami penderitaan dan hinaan yang hebat mereka tidak akan ditinggalkan sendirian oleh Tuhan, apabila mereka mau berseru dan mencari Dia.
Bagaimana dengan kita? saat menghadapi kesusahan yang dalam, kesulitan hidup, penyakit yang tak kunjung sembuh, kegagalan, kecelakaan, ataupun saat doa kita tak kunjung dijawab oleh Tuhan, seringkali dengan mudah kita menyalahkan Tuhan sambil bertanya : “kenapa ini terjadi dalam hidupku? Apa salah dan dosaku?” kita harus menyadari bahwa itu bukanlah sikap yang produktif. Sama sekali tidak membangun, namun melemahkan iman dan semangat. Pertanyaan yang produktif adalah: “apakah rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Apakah kehendak Tuhan bagiku?”
Ya, sebab tidak mungkin Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi atas hidup kita bagi tujuan yang buruk dan jahat. Tuhan pasti sedang merencanakan sesuatu yang indah bagi kita, hanya tunggulah waktu Tuhan dalam menggenapi rencananya. Rancangan Tuhan bukanlah rancangan yang membawa kecelakaan, namun yang menhasilkan kebaikan, kebahagiaan dan damai sejahtera.
Apapun persoalan dan masalah yang anda hadapi hari ini, jangan sampai melemahkan semangat dan iman anda kepada Allah. Jangan pula mencari-cari kesalahan orang lain sebagai ‘kambing hitam’ atas peristiwa yang sedang kita alami. Tunggu dan lihatlah bagaimana Tuhan menggenapi rencanaNya yang ajaib atas hidup saudara dan saya.

Masalahnya bukan pada Allah yang terlalu lambat menggenapi rencanaNya, namun pada kita yang selalu tidak menyadari kebahagiaan dibalik suatu peristiwa

TEOLOGIA LIBERAL Oleh. Pdt. Mangapul Sagala

Pada sebuah acara pembinaan, dengan kebingungan seorang mempertanyakan pandangan seorang pendeta yang menuliskan bahwa “Yesus tidak benar-benar bangkit secara tubuh, kebangkitan Yesus hanya merupakan sebuah metafora atau kiasan, tulang belulang Yesus ditemukan di sebuah makam di Talpiot”. Dengan sikap yang sama, peserta lain menunjukkan sebuah VCD yang berisi hal-hal yang bertentangan dengan apa yang diajarkan Alkitab. Lalu dengan nada yang lugu peserta pembinaan tersebut bertanya: “Apakah pendeta seperti itu yang dimaksud dengan teolog liberal? Apakah yang dimaksud dengan teologia liberal itu?”

Sebenarnya sulit mendefenisikan dengan tepat apa dan bagaimana teologia liberal. Mengapa? Karena kita tidak sedang berhadapan dengan a liberal theology, tetapi liberal theologies yang beraneka ragam. Namun demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa Liberalisme, sebagaimana nama aliran tsb, adalah sebuah paham yang memiliki kebebasan berteologia, tanpa batasan dan hambatan dari pihak manapun, termasuk dari pandangan tradisional yang telah dianut oleh Gereja pada umumnya. Paham ini seringkali memberikan pandangan atau pernyataan yang bersifat radikal, yang tidak biasa didengar oleh jemaat pada umumnya. Karena itu, bisa dipahami bila ada anggota jemaat yang bingung atau bahkan tergoncang imannya mendengar pandangan teolog liberal tsb. Kaum awam akan beranggapan seolah-olah sikap dan pandangan seperti itu merupakan hal yang baru muncul. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Mereka yang belajar teologia secara formal mengetahui bahwa sikap yang sama telah dimunculkan lebih dari dua ratus tahun yang lalu.

Masalah otoritas memang menjadi satu pergumulan yang terus menerus dialami oleh Gereja Tuhan. Apakah yang menjadi ukuran atau penentu sebuah ajaran atau keputusan? Iman atau rasio? Kebenaran yang ditegaskan Alkitab atau yang lain, seperti ilmu pengetahuan? Dalam pergumulan yang demikian, sejarah Gereja telah menunjukkan bahwa Gereja Tuhan di sepanjang segala abad dan tempat telah menjadikan Alkitab memiliki peran yang sangat penting. Sehubungan dengan itu, pada abad ke-16, Martin Luther dan tokoh reformasi lainnya menyerukan otoritas Alkitab sebagai satu-satunya otoritas tertinggi bagi iman, keselamatan dan menjadi dasar dari seluruh doktrin Kristen. Itulah sebabnya, Martin Luther mengeluarkan satu istilah yang sangat terkenal, yaitu, Sola Scriptura. Hanya Alkitab. Kita juga mengenal istilah lain yang menunjukkan penerimaan yang tinggi kepada Alkitab, yaitu kanon Alkitab. Dengan demikian, Alkitab menjadi semacam alat pengukur, di mana segala etika dan doktrin diukur dari pengajaran Alkitab. Pada era tersebut, sikap beriman sangat menonjol. Iman menjadi semacam komandan dan rasio manusia menjadi prajurit yang setia mengikutinya. Hal ini yang pernah ditegaskan oleh bapak Gereja, Augustinus dua belas abad sebelumnya: Faith leads to understanding. Iman menuntun kepada pengertian. Penulis kitab Ibrani juga menegaskan hal yang sama: “Karena iman kita mengerti...” (Ibr.11:3). Betapa pentingnya peranan iman tersebut, sebagaimana ditegaskan selanjutnya: “Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr.11:6).

Ketika rasio manusia menjadi segalanya.

Pada abad 16, Rene Descartes, seorang filsuf Perancis, yang dikenal sebagai bapak filsuf modern menyatakan satu kalimat yang sangat terkenal: “cogito ergo sum” (Saya berpikir, karena itu saya ada). Kelihatannya, beberapa abad kemudian, semangat seperti itu mempengaruhi pemikiran orang-orang tertentu di Eropah, di mana terjadi kecenderungan yang menjadikan rasio – dan bukan iman- menjadi dasar untuk memutuskan sesuatu. Seiring dengan masa pencerahan (enlightenment) rasio manusia begitu ditinggikan lebih dari sepatutnya. Sebagai akibatnya, pernyataan-pernyataan Alkitab yang telah diterima selama berabad-abad dipertanyakan, diragukan dan ditolak. Gerakan inilah yang disebut dengan Liberalisme.

Gerakan Liberalisme dikaitkan dengan Sekolah Teologi Tubingen, Jerman dengan tokoh-tokoh penting, antara lain, Ferdinand Christian Baur, David F. Strauss, Albert Ritschl, dan Julius Wellhausen. Sebagaimana telah disebutkan di atas, gerakan ini meninggalkan pandangan atau ajaran yang telah dipegang oleh Gereja pada umumnya selama berabad-abad. Dengan perkataan lain, aliran Liberal menolak otoritas Alkitab dan sangat bersikap skeptis terhadap ajaran Kekristenan yang bersifat supra natural, atau anti mukjizat.

David Strauss (1808-1874) yang pernah menjadi murid F.C. Baur menerbitkan bukunya yang sangat terkenal, yaitu The Life of Jesus. Critically Examined. Sejak munculnya buku tersebut, bangkitlah apa yang disebut dengan penyelidikan Alkitab yang bersifat historis-kritis. Sebagai hasilnya, Strauss tidak mengakui adanya mukjizat ilahi. Karena itu, dia berpendapat bahwa setiap mukjizat di dalam Perjanjian Baru tidak otentik, di mana hal itu dianggap sebagai rekayasa Gereja mula-mula. Jikalau tokoh reformasi mengakui otoritas Alkitab dan menyerukan Sola Scriptura, tidak demikian dengan Strauss dan teolog liberal lainnya. Bagi Strauss, Alkitab tidak lebih dari sekedar fiksi, di mana penulis-penulis berusaha meninggikan Yesus sebagai Mesis. Pandangan David Strauss yang sedemikian radikal membuatnya dikeluarkan dari Seminary, tempat dia mengajar. Ternyata, teolog liberal tidak sebebas namanya. Kita memang perlu terus menerus belajar menghayati kebebasan yang kita miliki. Sesungguhnya, tidak pernah ada kebebasan mutlak, tanpa batas.-

Sabtu, 20 Februari 2010

PUASA & DERMA: DISIPLIN SPIRITUALITAS GEREJA Oleh Pdt. Rasid Rachman, M.Th.

1. Etimologi dan tujuan

Kata “puasa” berasal dari dua kata Sansekerta, yaitu: “upa” dan “wasa.” Upa adalah semacam prefiks yang berarti dekat. Wasa berarti Yang Maha Kuasa (seperti umat Hindu di Indonesia menyebut Sang Hyang Widhi Wasa). Jadi “upawasa”, atau yang kemudian dilafalkan sebagai puasa, tidak lain daripada cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebagai cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan, puasa adalah pelatihan mental yang bertujuan mengubah sikap dan kejiwaan manusia. Dengan demikian, puasa – terutama dalam agama Hindu – dipahami sebagai sarana, cara, atau metode untuk mencapai sesuatu. Dalam hal ini, sesuatu yang ingin dicapai itu adalah pembaruan sikap. Oleh karenanya, puasa adalah sakral, karena dihubungkan dengan niat mendekatkan diri kepada Tuhan. Puasa dapat dijalankan oleh lembaga, komunitas, atau individu. Berdasarkan pengertiannya, puasa tidak bertujuan pada dirinya, ber-“diet”, atau demi kesehatan, melainkan bertujuan untuk membarui sikap iman melalui pelatihan spiritualitas.

2. Puasa dalam Perjanjian Lama

Orang Israel dalam Perjanjian Lama telah mengenal praktek berpuasa sejak lama. Secara umum puasa berasal dari kata “tşŭm” (berpuasa) “tşŏm” (puasa) atau “ānna nafsyô” (menekan hawa nafsu). Berpuasa menurut pengertian tersebut dijalankan dengan cara berhenti atau mengurangi makan (dan kadang-kadang juga minum) selama beberapa saat dalam rangka perendahan diri secara khidmat kepada Allah.

Perendahan diri tersebut dilakukan dalam rangka berbagai hal. Misalnya, sebagai tanda penyesalan dan pendamaian kepada Allah dari kesalahan manusia. Dilukiskan bahwa Israel di zaman Samuel melihat kebesaran TUHAN, kemudian menyesali penyembahan mereka kepada Baal dan ingin berdamai dengan TUHAN. Mereka menimba air, mencurahkannya, dan berpuasa selama sehari di Mizpa (1 Samuel 7:4-6). Mizpa adalah tempat ratap tangis dan pemerintahan Allah (1 Sam 7:16). Sesuai suatu ritus Israel kuno, menimba dan mencurahkan air merupakan tanda pertobatan dan penyesalan. Hal yang sama kita jumpai dalam ritus baptisan Kristen. Raja Ahab berpuasa oleh karena penyesalannya atas perbuatan jahatnya dan ingin berdamai dengan TUHAN (1Raj 21:27). Daniel menyesali kehancuran Yerusalem karena dosa, dan ia berdoa, berpuasa, dan mengenakan kain kabung serta abu (Dan 9:3). Yoel mengajak Israel berpuasa sebagai tanda pertobatan. Atau juga sebagai tanda pernyataan duka cita. Dalam rangka kematian Saul dan anak-anaknya serta pasukan tentaranya, umat Israel berpuasa selama tujuh hari (1 Sam 31:13). Mereka berpuasa dan meratap sehari penuh, dengan lebih dahulu mengoyakkan pakaian (2 Sam 1:12).

Atau pun sebagai alat perjuangan. Raja Daud berpuasa berpuasa karena memperjuangkan kehidupan bagi anaknya, yang lahir dari perselingkuhannya dengan Batsyeba. Setelah anak itu mati, Daud justru makan minum dengan alasan “selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa?” (2 Sam 12:16,20-23). Ester, dayang-dayangnya, dan semua orang Yahudi di Susan-Persia berpuasa selama tiga malam (Est 4:15-17). Kisah Ester ini menjadi latar belakang munculnya hari raya Purim atau Pesta Undi yang dirayakan oleh umat Yahudi pada tanggal 14-15 Adar, yakni bulan terakhir kalender Yahudi (sekitar Februari – Maret).

Puasa juga dilakukan dalam rangka merencanakan kemenangan melalui perang. Israel menangis dan berpuasa seharian di salah satu pusat ibadah: Betel, di mana terdapat tabut perjanjian (Hak 20:26-30). Yosafat mengajak Yehuda berpuasa (2 Taw 20:3). Besar kemungkinan ritus berpuasa ini dilakukan di dalam liturgi.

Juga sebagai persiapan menyambut penyataan TUHAN. Musa berpuasa di gunung Sinai ketika menuliskan perkataan perjanjian TUHAN di loh batu (Kel 34:28; Ul 9:9). Daniel berpuasa sebagai persiapan bagi suatu penglihatan. Ia mengurangi makan enak, daging, dan minum anggur selama tiga pekan (Dan 10:3). Puasa ini tampak mirip dengan puasa persiapan Paska.

Sebagai suatu persiapan untuk pertobatan dan perdamaian, puasa dilakukan menjelang hari raya pendamaian (“yom Kippur”) pada tanggal 10 Tishri. Puasa di sini diikuti dengan berpantang secara keras sejak tanggal 1 Tishri (Tahun Baru Yahudi) sampai tanggal 10.

Puasa dilakukan sebagai sarana untuk mengenang kejatuhan Yerusalem dan pemulihan TUHAN atas Israel, seperti dalam Zakharia 7 – 8, yaitu berpuasa pada:

* Bulan Tammuz, yakni bulan ke-4 (8:19). Tanggal 9 Ab (bulan ke-5) pada hari Duka Nasional (7:3; 8:19). Dalam perjalanan sejarahnya, pengenangan ini meluas hingga merambah ke peristiwa-peristiwa hancurnya Bait Allah dan penderitaan orang Yahudi di seluruh dunia akibat rongrongan kaum anti-semit, yaitu: penghancuran Bait Allah pertama tahun 586 s.M, penghancuran Bait Allah kedua tahun 70 M, pembantaian orang Yahudi oleh Romawi tahun 135 M, dan pengusiran orang Yahudi dari Spanyol tahun 1492.

* Tanggal 1-10 Tishri, menjelang yom Kippur.

* Bulan Kislew, pada tanggal 25, sebagai perayaan Hanukkah (8:19). Semula adalah bencana nasional, kemudian menjadi peringatan hari kegirangan dan penuh suka cita.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi puasa dalam Perjanjian Lama tidak melulu sebagai sarana, cara, atau metode (terutama untuk mencapai kesempurnaan). Fungsi puasa juga sebagai tanda, simbol, persiapan, pengudusan diri, dan tekad di dalam memperjuangkan sesuatu.

Puasa seringkali dilakukan secara komunal di dalam liturgi dan bersifat suka rela. Sekalipun cara berpuasa hanya dihubungkan dengan makanan dan minuman, tetapi seringkali berpuasa diikuti dengan pantangan-pantangan. Berpantang tidak hanya menyangkut soal makan dan minum. Berpantang juga dilakukan dengan mengerjakan sesuatu sebagai tanda, misalnya: penyesalan.

Israel berpantang dengan menangis dan mempersembahkan kurban (Hak 20:26). Ahab berpantang dengan mengenakan kain kabung dan abu (1Raj 21:27). Israel berpantang dengan menangis dan mengaduh (Yl 2:12).

Dari sekian banyak praktek dan maksud berpuasa, beberapa saja yang menjadi ritus di dalam liturgi komunal, yaitu: Hari raya Pendamaian (10 Tishri). Imamat 23:27, “kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan kurban api-apian kepada TUHAN.” Peraturan ini diiringi dengan perintah berpantang: tidak melakukan pekerjaan apa pun (Im 23:28; Bil 29:7). Itulah hari perhentian (“Sabbath”) bagi TUHAN.

Dalam rangka perkumpulan raya untuk ratap tangis dan ucapan syukur, umat Israel di seluruh negeri berpuasa sambil menangis dan meratap, menggundulkan kepala dan melilitkan kain kabung (Yes 22:12; Yl 1:14). Perayaan ini dipimpin oleh para Imam dan tua-tua Israel. Pada hari itu, umat Israel tidak makan, menjauhkan diri dari kesenangan dan urusan pribadi (Yes 58:3), menanggalkan pakaian, tidak berkasut, berkain kabung (Yes 32:11; Mi 1:8; Yl 1:16), tidak memakai perhiasan tubuh (Yes 15:2; Mi 1:14), menoreh-noreh kulit badan (Hos 7:14; Mi 4:14), berguling-guling dalam debu (Mzm 44:26; Mi 1:10), dan menaruh tanah atau debu di kepala (Neh 9:1). Seluruh umat menangis dan meratap menyesali dosa, serta menyatakan pertobatan untuk kembali setia dan taat kepada TUHAN. Salah satu ratap tangis mereka adalah sebagai berikut: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka: di manakah Allah mereka?” (Yl 2:17).

Unsur yang sangat penting dalam liturgi ini adalah umat menunggu orakel imam untuk menyampaikan jawaban TUHAN atas permohonan mereka. Segera setelah mereka mendengar orakel imam yang menyatakan bahwa seruan mereka telah didengar-Nya (bnd Hak 20:30, jawaban YHWH atas seruan Israel), maka mereka bersuka ria dan bersuka cita. mereka menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan (Yes 12:3).

3. Puasa dalam Perjanjian Baru

Tidak seperti dalam Perjanjian Lama yang lebih mengulas praktek berpuasa, puasa di dalam Perjanjian Baru mulai dipersoalkan penggunaannya. Puasa dalam bahasa Yunani ialah “nēsteuō” (tidak makan), atau dari “asistos” atau “asitia.” Arti kata yang kedua lebih menjelaskan arti berpuasa sebagai keadaan terpaksa tidak makan (Kis 27:21). Sedangkan kata yang pertama menjelaskan disiplin berpuasa sebagai suatu ibadah. Yesus berpuasa (“nesteusas”) selama empat puluh hari siang dan malam (Mat 4:1-11). Ketiga jawaban Yesus dalam melawan Iblis menggambarkan hal ketergantungan manusia hanya kepada Allah. Yaitu: 1) “Manusia hidup bukan dari roti saja (atau: manusia tidak akan hidup hanya dari roti saja), tetapi dari setiap firman Allah”; 2) “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu”; 3) “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu.” Hanya orang yang merasa laparlah yang bergantung pada Allah. Di dalam ketergantungan kepada Allah, manusia mengendalikan dirinya.

Di samping itu, rupanya ada kelompok manusia yang menyalahgunakan puasa (Mat 6:16). Yesus menyinggung hal berpuasa, “Apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik (maksudnya adalah seperti orang-orang Farisi), supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Penulis Matius merujuk pada praktek berpuasa yang dilakukan secara salah sebagaimana tertulis di dalam kitab Nabi-nabi.

4. Berpuasa dalam naskah patristik

Hakikat berpuasa dalam Alkitab tidak sama 100% dengan berpuasa dan berpantang dalam sejarah gereja. Ada beberapa hal yang tidak dilakukan oleh gereja dan ada beberapa hal tidak ada dalam tradisi Yahudi. Ada bukti naskah-naskah bahwa berpuasa telah dipraktekkan oleh gereja – terutama kaum asketik – sejak awal sekali. Dalam Didakhe 7 (± 120 – 150) dinyatakan, “sebelum pembaptisan, orang yang membaptis dan orang yang akan dibaptis harus berpuasa, dan orang lain pun boleh semampunya. Dan kamu harus mengatakan kepada calon baptis untuk berpuasa selama satu atau dua hari sebelum pembaptisan.” Dalam tradisi, pembaptisan dan perjamuan kudus dilaksanakan pada hari Minggu Paska. Jadi, puasa calon baptis dilakukan pada Jumat dan Sabtu dalam masa raya Paska. Sejak abad ke-2 dan ke-3, kebiasaan berpuasa ini diperluas menjadi hari-hari tertentu yang ditetapkan sebagai hari puasa. Hingga kini, berpuasa sebelum perjamuan kudus pada hari Minggu masih menjadi kebiasaan kebanyakan orang Kristen.

5. Puasa dan derma

Salah satu tujuan atau hikmat berpuasa yang belum dimunculkan pada zaman Alkitab, adalah praktek berpuasa yang diikuti dengan berderma. Seorang filsuf dan apologet, Aristides dari Athena (± 140), dalam Apologia-nya – ketika berbicara tentang sikap hidup orang Kristen di antara bangsa-bangsa bukan-Kristen – menulis antara lain, “Jikalau terdapat orang miskin atau orang berkekurangan di antara mereka (maksudnya: orang asing atau orang Kristen), dan jika mereka (maksudnya: orang Kristen itu) tidak mempunyai makanan lebih sama sekali, maka mereka berpuasa selama dua-tiga hari agar dapat memberikan makanannya kepada yang membutuhkannya.” Apakah benar ajaran Aristides ini dilakukan secara demikian oleh orang-orang Kristen pada abad ke-2 itu, memang tidak ada bukti. Namun uraian ini dapat menjadi salah satu tolok ukur tentang sikap dermawan dan perhatian sosial dari berpuasa. Kaum asketik memberlakukannya. Antonius dan Benediktus memperhatikan persoalan ini sebagai ajaran hidup monastik. Hanya, dari Aristides kita dapat merujuk dan melihatnya secara luas kepada kitab Nabi-nabi. Para Nabi (Yes 58:3-7; Yer 14:12; Za 7:5) mengecam orang yang salah dalam berpuasa. Berpuasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk “membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya, membagikan rotimu kepada yang lapar” (Yes 58:3-7).

Pada masa kini, hal berderma waktu berpuasa dapat dilihat dalam gereja Roma Katolik di seluruh dunia dan umat Islam melalui zakat fitrah. Umat Katolik menetapkan hal berderma melalui berpuasa; dikenal dengan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Antara lain diinformasikan sebagai berikut: “Puasa adalah gerakan tobat bersama yang bertujuan memurnikan kehidupan Kristiani dengan bertobat dan beramal, antara lain dengan mengumpulkan derma di Gereja-gereja dan sekolah-sekolah Katolik untuk proyek-proyek amal, sosial, dan pembangunan, ¼ dan proyek-proyek kemanusiaan di negara-negara berkembang.”

Dengan merujuk praktek tersebut, dapat dikatakan bahwa berpuasa dan berderma merupakan hakikat puasa gereja sejak awal sejarahnya.

6. Praktek berpuasa dewasa ini

Didakhe 8 menyatakan sebagai berikut: “Janganlah engkau melakukan puasamu seperti orang kafir (maksudnya: orang Yahudi). Mereka berpuasa pada Senin dan Kamis, tetapi kamu harus berpuasa pada Rabu dan Jumat.” Kedua hari tersebut dianggap berhubungan dengan peristiwa kematian Yesus, yakni ketika Yudas berkhianat untuk menjual gurunya dan hari kematian Yesus.

Gereja Timur dan beberapa tradisi kekristenan Barat tetap memberlakukan kedua hari tersebut sebagai waktu berpuasa sepanjang tahun di luar masa Prapaska. Pada masa Prapaska, lazimnya gereja memberlakukan puasa lebih intensif selama dua pekan menjelang Paska; semakin dekat pada Paska, maka berpuasa semakin intens terutama pada Jumat Agung dan Sabtu Sunyi. Pada masa Prapaska selama empat puluh hari itu diberlakukan pula kepada para calon baptis. “Angka 40 mengingatkan akan empat puluh tahun umat Israel menjelajah di gurun pasir sebelum memasuki Tanah Suci, empat puluh hari Musa berada di Gunung Sinai, dan terutama empat puluh hari lamanya Yesus berpuasa.”

Biasanya umat berpuasa pada Rabu Abu dan Jumat Agung dan berpantang makan daging atau jenis pantangan lain yang ditentukan sendiri oleh pribadi yang menjalankannya. Misalnya tidak merokok, pantang gula, pantang garam, pantang pesta, pantang hiburan, dsb. Dalam beberapa kesempatan pun, semisal: sebelum pembaptisan, sebelum perjamuan kudus, sebelum kebaktian, banyak orang Kristen berpuasa singkat. Oleh karena sifat puasa adalah suka rela dan personal, maka waktu dan bentuknya bisa tidak dimutlakkan. Namun tujuan puasa untuk berhemat dan menahan diri sangat bermanfaat bagi disiplin spiritualitas. Hasil penghematan itu dapat untuk derma. Uang untuk rokok, pesta pora, hiburan, dapat diirit dan disumbangkan kepada orang miskin dan proyek-proyek kemanusiaan.

Bagi kebanyakan gereja Protestan, praktek berpuasa sebagaimana dilakukan oleh Yesus, tidak terkalu ditekankan, apalagi diberlakukan sebagai liturgi umat. Namun gereja tidak melarang ibadah personal puasa ini, apabila dilakukan dengan suka rela. Memang pada kenyataannya, tidak sedikit orang Kristen yang melakukan puasa. Kaum injili, gereja-gereja pantekostal, kelompok kharismatik, secara terbuka mengizinkan dan menganjurkan umat mereka berpuasa. Gereja Katolik menyusun aturan berpuasa yakni: satu kali makan kenyang dan dua kali makan sedikit saja dalam sehari. Hal ini mengarahkan orang untuk berhemat dan menahan diri dari hawa nafsu. Bahkan tidak sedikit gereja-gereja ekumenikal yang juga mempermaklumkan umatnya berpuasa. Jadi berpuasa adalah ibadah personal yang lazim dilakukan oleh orang Kristen secara suka rela.

Selain sebagai disiplin penyadaran akan lemahnya diri, puasa memiliki hikmah sebagai sarana pengendalian diri dari keserakahan dan ketergantungan pada jasmani. Semuanya dilakukan dalam rangka melatih hidup keagamaan yang lebih baik. Pengendalian diri bertujuan agar gereja (atau orang yang berpuasa) tidak lepas kendali. Gereja harus mampu menahan diri dari nafsu jasmani dan keinginan daging. Itulah sebabnya puasa – baik di kalangan Kristen maupun di kalangan Islam – selalu diikuti dengan derma atau zakat, yang olehnya ibadah puasa memperoleh bobotnya dan menjadi berkat. Puasa tanpa kontrol diri atau puasa yang diikuti dengan pesta pora, dan puasa tanpa derma, adalah puasa yang tidak menjadi berkat.

Selasa, 16 Februari 2010

PANDANGAN KRISTIANI TENTANG UANG

menerobos masa ke masa, manusia mengalami kemajuan dalam bidang bertukar informasi. Terutama yang sedang kita bahas bagaimana adanya mata uang yang digunakan sebagai alat tukar di pasar. Merajuk dari berbagai persepsi pakar ekonomi,uang menjadi dewa saat setelah beberapa wwaktu lamanya ditemukan. Disini, seseorang mulai terjebak dalam situasi yang kurang menguntungkan antara untung dan rugi. Namun lebih dalam, kita hanya terpaku pada satu perspektif penjelasan yang paling baik diterapkan pada kondisi keuangan kristiani kita. Pentingnya pendidikan teologis dalam hal keuangan dapat membantu anda lebih fokus mengartikan uang menurut pandangan yang berbeda,karena peranan pendidikan ini penting yang dapat menyatakan, juga mengilhami seseorang termotivasi secara lebih yakin menjalani kehidupan kristiani, sembari tetap menganggap uang itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita, hingga ada suatu perubahan lagi. Perhatian khusus kita tujukan pada strategi keuangan kita mmenghadapi tantangan global, dengan asumsi bahwa teologis bisa membantu memecahkan masalah finansial ini lebih teratur, jelas, memiliki motivasi yang jelas tidak kabur. Kelebiha-kelebihan yang kita bicarakan adalah sebagai hasil dari diskusi panjang menegaskan pentingnya keunggulan beberapa teori berkembang memenuhi lapangan luas kehidupan manusia terkait tentang uang. Jika terus menekankan uang ini di atas prioritas kedudukannya melebihi iman kristen, akan bisa dipastikan etika kontekstual menjebak anda dalam sesuatu yang sia-sia tanpa ada pikir panjang faktor-faktor pengambilan keputusan etis. Sangat memalukan jika sebagai anak Tuhan cara pandang kita tetap pada manusia lama yang ambil andil menjerumuskan kita dalam kerajaan kedegilan manusia mencintai uang. Suatu kenaifan bila terlalu memandang sebelah mata potensi diri kita mengatur keuangan sendiri terutama yang berhubungan dengan kedislipinan pemasukkan dan pengeluaran yang dibuat sedemikian rupa. Sehingga ada manfaat yang dirasakan langsung pelaku yang taat itu. Ini adalah satu upaya mengubah gaya hidup yang boros kepada satu harapan perubahan positif terdeklarasikan melalui cara-cara brilian menghadapi kesulitan-kesulitan keuangan kita, tetap berpegang pada teologis sampai penerapan-penerapannya. Mengerti masalah, menganalisa, menyimpulkan hingga tindakan apa yang musti dilakukan menambah pemasukkan dan menekan pengeluaran seminim-minimnya tanpa menggantikan posisi pemuasan kebutuhan yang hakiki. Disini anda dan saya diajarkan intensif berpantang boros. Tertarik melalui proses bertindak secara ekonomi dan mengatasnamakan keadilan, kebenaran, sikap bertanggungjawab ini modal yang penting menghadapi situasi terdesak sekalipun tanpa uang sekalipun. Sungguh satu apresiasi yang dilantunkan menghantarkan kepergian sikap tidak taat dan disiplin pengaturan keuangan. Tetapi penjelasan di atas cukup mewakili kita tentang kelebihan juga kekurangan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat lebih detail. Lepas dari pemahaman keuangan, sekarang anda dan saya akan lebih memperdalam teknis yang berkaitan memulihkan situasi finansial juga etika kita menggunakannya. Melampaui semua ini, semakin jelaslah bahwa sebagai umat Tuhan, ada unsur teologis yang tidak boleh dilupakan.

Senin, 15 Februari 2010

KEBANGKITAN HIDUP

Pada tanggal 20 Mei segenap masyarakat Indonesia memperingati dan merayakan seratus tahun kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional dicanangkan semangatnya dengan terbentuknya organisasi pribumi pertama, yaitu Boedi Oetomo tahun 1908 oleh mahasiswa STOVIA. Terbentuknya Boedi Oetomo telah menginspirasi terbentuknya banyak organisasi kemasyarakatan menuju Indonesia merdeka.
Dalam konteks kekinian, kita para generasi muda memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan semangat yang dibangun mahasiswa STOVIA dengan merefleksikan semangat kebangsaan dan kemajemukan di dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus menghargai kemajemukan dan pluralitas yang ada di bangsa kita. Kebangkitan ini juga harus menginspirasi kita untuk bangkit dari keterpurukan, melepaskan diri dari lilitan permasalahan hidup. Jangan hendaknya sebagai generasi muda, kita hanya mampu mengkritik dan mendemo kebijakan pemerintah. Generasi muda hendaknya kreatif untuk mengkreasikan ide yang membangun bukan menghancurkan. Kebangkitan nasional harus dimaknai sebagai kebangkitan hidup dalam segala bidang.
Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk menyerahkan segala beban hidup, kekuatiran, kegelisahan, ketakutan kita akan hidup ini dihadapanNya. Hal ini membuat kita tetap bisa tersenyum dalam menhadapi tantangan kehidupan. Serahkanlah seluruh kehidupanmu kepada Yesus Kristus, maka Ia akan memberikan damai sejahtera yan melampaui segala akal dan akan menjaga hati, pikiran dan hidup kita. selamat bangkit dari keterpurukan.

Minggu, 14 Februari 2010

TANGGA PERKEMBANGAN MORAL

Saya membuat ini mengacu dari tangga perkembangan dari Lawrence Kohlberg, seorang pakar pendidikan dan psikologis dari Universitas Harvard. Menurutnya orang memiliki enam tahap perkembangan pertimbangan moral.
Pertama, Orientasi pada hukuman dan kepatuhan. pada tahap ini, hukuman menjadi tolok ukur. apabila kita dihukum karena melakukan sesuatu, maka itu hal buruk, namun bila tidak dihukum maka mencuri pun kita nilai baik. kita belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kedua,Orientasi pada pahala. pada tahap ini kita menilai perbuatan buruk sebagai perbuatan yang tidak menghasilkan pahala atau kesenangan tertentu. tetapi apabila ada hadiah, pujian, sanjungan maka kita berkesimpulan bahwa itu adalah hal baik, meskipun memukul teman sekelas.
Ketiga, Orientasi untuk menyenangkan orang lain. Pada tahap ini kita menilai sebuah perbuatan adalah baik apabila diterima, disenangi dan diakui oleh orang lain. untuk disebut pemberani maka kita akan memukuli orang lain.
Keempat, Orientasi pada peraturan. Pada tahap ini patokannya adalah bunyi dan ketetapan dalam peraturan. Apapun isinya dianggap pasti baik.
Kelima, Orientasi pada pendapat umum. Pada tahap ini perbuatan baik adalah kesepakatan semua anggota masyarakat. ukurannya adalah kesejahteraan, kebaikan dan kepentingan bersama.
Keenam, Orientasinya adalah penghargaan hak tiap orang. Pada tahap ini perbuatan baik adalah perbuatan yang menghormati dan menghargai hak serta martabat tiap individu, tanpa pembedaan atas dasar apapun.
Ada dalam tahap apakah kita sekarang? kiranya hati kita akan menjawabnya. dan Tuhan Yesus sudah memberikan teladan bagaimana DIA mampu mengaktualisasikan diriNya sebagai pribadi yang berbuat baik demi kepentingan masyarakat umum dan mau menghargai hak-hak serta martabat tiap individu, tanpa membedakan status. AMIN

Rabu, 10 Februari 2010

RENCANA TUHAN ALLAH

Ayat : Yeremia 29:11-13
29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
29:12 Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
Firman Tuhan ini turun kepada nabi Yeremia di Yerusalem bagi orang-orang Israel yang dibawa raja Nebukadnezar ke Babilonia. Masa ini sering disebut sebagai masa pembuangan, yang oleh Tuhan ditetapkan berlangsung selama 70 tahun. Selama pembuangan Allah berjanji tetap mendengarkan dan memberkati mereka (ayat 12-13). Meskipun mengalami penderitaan dan hinaan yang hebat mereka tidak akan ditinggalkan sendirian oleh Tuhan, apabila mereka mau berseru dan mencari Dia.
Bagaimana dengan kita? saat menghadapi kesusahan yang dalam, kesulitan hidup, penyakit yang tak kunjung sembuh, kegagalan, kecelakaan, ataupun saat doa kita tak kunjung dijawab oleh Tuhan, seringkali dengan mudah kita menyalahkan Tuhan sambil bertanya : “kenapa ini terjadi dalam hidupku? Apa salah dan dosaku?” kita harus menyadari bahwa itu bukanlah sikap yang produktif. Sama sekali tidak membangun, namun melemahkan iman dan semangat. Pertanyaan yang produktif adalah: “apakah rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Apakah kehendak Tuhan bagiku?”
Ya, sebab tidak mungkin Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi atas hidup kita bagi tujuan yang buruk dan jahat. Tuhan pasti sedang merencanakan sesuatu yang indah bagi kita, hanya tunggulah waktu Tuhan dalam menggenapi rencananya. Rancangan Tuhan bukanlah rancangan yang membawa kecelakaan, namun yang menhasilkan kebaikan, kebahagiaan dan damai sejahtera.
Apapun persoalan dan masalah yang anda hadapi hari ini, jangan sampai melemahkan semangat dan iman anda kepada Allah. Jangan pula mencari-cari kesalahan orang lain sebagai ‘kambing hitam’ atas peristiwa yang sedang kita alami. Tunggu dan lihatlah bagaimana Tuhan menggenapi rencanaNya yang ajaib atas hidup saudara dan saya.

Masalahnya bukan pada Allah yang terlalu lambat menggenapi rencanaNya, namun pada kita yang selalu tidak menyadari kebahagiaan dibalik suatu peristiwa

Selasa, 19 Januari 2010

CONTOH KURIKULUM SEKOLAH MINGGU ANAK

KURIKULUM SEKOLAH MINGGU
Usia : 9-12 tahun
Waktu : 60 menit

BULAN JUNI 2007

Pokok Bahasan : PAHLAWAN-PAHLAWAN BAGI ALLAH
MINGGU I
Bahan Alkitab : Keluaran 13:17-22
Subpokok Bahasan : MUSA, Pahlawan yang berjiwa pemimpin
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui siapa saja pahlawan-pahlawan bagi Allah dan menngajar anak untuk menjadi pahlawan bagi Allah juga.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengetahui dan memahami perjalanan MUSA dalam memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir
2. mengetahui bahwa Allah yang menuntun umatNya tersebut dengan memakai MUSA sebagai pemimpin mereka
1. mengetahui kepribadian pada diri MUSA sehingga Allah memakainya menjadi pahlawan yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
Aktivitas :
1. Pengajar menceritakan bagaimana perjalanan Musa ketika memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
2. Pengajar memberitahukan bagaimana tangan Allah di dalam menuntun umatNya.
3. Pengajar memberitahukan kepribadian pada diri MUSA sehingga ia dipakai Allah untuk memimpin bangsa Israel.
4. Anak-anak diminta untuk mewarnai gambar tentang perjalanan umat Israel yang telah disediakan oleh pengajar.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Cerita-cerita Alkitab Bergambar.
3. Kertas untuk diwarnai .
4. Pensil berwarna atau crayon.

MINGGU II
Bahan Alkitab : 1 Samuel 16:1-13
Subpokok Bahasan : DAUD, Pahlawan kecil bagi Allah
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui siapa saja pahlawan-pahlawan bagi Allah dan menngajar anak untuk menjadi pahlawan bagi Allah juga.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengetahui bagaimana Allah memilih DAUD sebagai raja
1. mengetahui bagaimana Allah memakai DAUD sebagai raja meskipun ia masih muda
Aktivitas :
1. Pengajar menceritakan cerita dari bahan Alkitab hari ini.
2. Pengajar mengadakan tanya-jawab dengan anak-anak Sekolah Minggu dari bahan hari ini. Hal ini untuk bertujuan untuk melatih daya ingat anak.
3. Melakukan drama singkat seperti cerita dari bahan Alkitab hari ini.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab.
2. 365 Cerita Alkitab.
3. Peralatan-peralatan untuk membuat drama singkat.

MINGGU III
Bahan Alkitab : 1 Raja-raja 3:16-28
Subpokok Bahasan : SALOMO, Pahlawan yang bijaksana
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui siapa saja pahlawan-pahlawan bagi Allah dan menngajar anak untuk menjadi pahlawan bagi Allah juga.

Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
2. mengetahui dan memahami cerita dari bahan Alkitab pada hari ini
3. bijaksana dalam mengambil keputusan dengan meminta hikmat dari Tuhan seperti yang dilakukan oleh SALOMO
4. berserah kepada Tuhan dalam segala perkara yang mereka hadapi
Aktivitas :
1. Pengajar terlebih dahulu menceritakan bahan Alkitab pada hari ini.
2. Kemudian pengajar memperagakan cerita dari bahan Alkitab hari ini dimana SALOMO mengambil keputusan yang bijaksana ketika menghadapi dua orang ibu yang memperebutkan seorang bayi.
3. Beberapa orang anak diminta untuk memperagakannya kembali di depan kelas.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab.
2. 365 Cerita Alkitab.
3. Peralatan yang dibutuhkan sebagai alat peraga, mis: pedang dan boneka sebagai bayinya.

MINGGU IV
Bahan Alkitab : Daniel 6:18-28
Subpokok Bahasan : DANIEL, Pahlawan yang setia kepada Tuhan
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui siapa saja pahlawan-pahlawan bagi Allah dan menngajar anak untuk menjadi pahlawan bagi Allah juga.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
5. mengetahui dan memahami cerita dari bahan Alkitab pada hari ini
6. mengetahui kesetiaan DANIEL ketika ia dimasukkan ke dalam gua singa
7. meniru sifat DANIEL yang selalu setia kepada Tuhan meskipun ia berdukacita
8. menyediakan hati menjadi pahlawan yang setia kepada Tuhan
Aktivitas :
1. Pengajar menceritakan bahan Alkitab pada hari ini.
2. Pengajar mengadakan tanya-jawab dengan anak-anak.
3. Anak-anak diminta untuk mewarnai gambar yang telah disediakan oleh pengajar.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Kertas untuk diwarnai
3. Pensil warna atau crayon

BULAN JULI 2007

Pokok Bahasan : DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN INJIL
MINGGU I
Bahan Alkitab : Yohanes 17:20-24
Subpokok Bahasan : Orang percaya hidup dalam persekutuan
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menjelaskan alasan Yesus mendoakan murid-muridNya
2. menjelaskan arti dari persekutuan orang percaya
3. memberikan contoh-contoh persekutuan
Aktivitas :
1. Anak membaca bahan Alkitab
2. Pengajar memberikan penjelasan mengenai bahan Alkitab yang dibahas
3. Ajak anak membuat doa syafaat dengan kata-katanya sendiri, kemudian dikumpulkan.
4. Pengajar memilih salah satu untuk dibacakan di akhir pertemuan
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Gambar-gambar
3. Kertas dan pena



MINGGU II
Bahan Alkitab : Markus 16:15-20
Subpokok Bahasan : Injil harus diberitakan kepada seluruh bangsa
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
5. Mengulangi isi perintah Yesus sebelum naik ke sorga
6. Memberitahukan tanda-tanda yang akan menyertai para rasul dalam memberitakan Injil
7. Memberikan contoh-contoh tindakan memberitakan Injil
Aktivitas :
4. Setelah pengajar menjelaskan bacaan bahan Alkitab hari itu, anak diajak membuat Teka Teki Silang Alkitab
5. Membuat beberapa kelompok kecil
6. Pengajar membuat jawaban untuk memudahkan anak-anak mencari pertanyaan. Hal ini berhubungan dengan bacaan hari itu
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Gambar-gambar
3. Kertas, pena, dan penggaris

MINGGU III
Bahan Alkitab : Filipi 1:12-14
Subpokok Bahasan : Injil diberitakan kepada para bangsawan
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. Menceritakan bahwa karena pemberitaan Injil Paulus dipenjara
2. Memberitahukan bahwa penderitaan Paulus menyebabkan kemajuan Injil sampai ke dalam istana
3. Menjelaskan bahwa dalam memberitakan Injil tidak boleh takut
Aktivitas :
1. Pengajar menceritakan perjalanan pelayanan Paulus dalam memberitakan Injil sehingga ia dipenjarakan
2. Pengajar memberitahukan bahwa sekalipun dalam penjara pekerjaan memberitakan Injil terus dilakukan oleh Paulus
3. Pengajar menantang anak-anak untuk berani menjadi pemberita Injil dimanapun mereka berada
4. Setiap anak menuliskan pada sebuah karton tekadnya menjadi saksi Kristus
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Karton dan spidol warna

MINGGU IV
Bahan Alkitab : Kis. 16:19-34
Subpokok Bahasan : Injil diberitakan kepada kepala penjara
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. Menceritakan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus dan Silas
2. Menceritakan akibat dari pemberitaan Injil
3. Menjelaskan Injil dapat dilakukan melalui kata dan perbuatan
Aktivitas :
1. Pengajar bercerita tentang bacaan Alkitab hari itu
2. Pengajar meminta agar anak menceritakan kembali apa yang telah disampaikan
3. Pengajar menekankan bahwa dalam pemberitaan Injil, Allah memakai banyak peristiwa untuk membuat orang menjadi percaya
Sumber dan Alat :
1. Alkitab



BULAN AGUSTUS 2007

Pokok Bahasan : KESEPULUH PERINTAH TUHAN
MINGGU I
Bahan Alkitab : Keluaran 20:3-7
Subpokok Bahasan : Kesepuluh perintah Tuhan (Bagian I: 1-3)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui kesepuluh perintah Tuhan tersebut dan mentaati serta melakukannya dalam kehidupan.
Tujuan Pembelajaran Khusus: Agar anak dapat
5. mengetahui perintah-perintah Tuhan yang pertama sampai ketiga
6. memahami perintah-perintah Tuhan dari yang pertama sampai ketiga
7. mentaati dan melakukan perintah-perintah Tuhan tersebut di dalam kehidupan
Aktivitas :
2. Pengajar menerangkan isi dari perintah-perintah Tuhan yang pertama sampai ketiga.
3. Anak-anak diminta untuk mengikuti pengajar mengucapkan isi dari ketiga perintah tersebut sambil mereka mengingatnya.
4. Anak-anak diminta untuk menghafalkan isi dari ketiga perintah tersebut.
5. Anak-anak diminta untuk menuliskan ketiga perintah tersebut pada sebuah karton yang dibawa oleh anak-anak.
Sumber dan Alat :
4. Alkitab
5. Karton
6. Spidol atau tinta berwarna lainnya

MINGGU II
Bahan Alkitab : Keluaran 20:8-13
Subpokok Bahasan : Kesepuluh perintah Tuhan (Bagian II: 4-6)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui kesepuluh perintah Tuhan tersebut dan mentaati serta melakukannya dalam kehidupan.

Tujuan Pembelajaran Khusus: Agar anak dapat
4. mengetahui perintah-perintah Tuhan yang keempat sampai keenam.
5. memahami perintah-perintah Tuhan dari yang keempat sampai keenam.
6. mentaati dan melakukan perintah-perintah Tuhan tersebut di dalam kehidupan
Aktivitas :
1. Pengajar menerangkan isi dari perintah-perintah Tuhan yang keempat sampai keenam.
2. Anak-anak diminta untuk mengikuti pengajar mengucapkan isi dari ketiga perintah tersebut sambil mereka mengingatnya.
3. Anak-anak diminta untuk menghafalkan isi dari ketiga perintah tersebut.
4. Anak-anak diminta untuk menuliskan ketiga perintah tersebut pada karton yang dibawa minggu lalu.
Sumber dan Alat :
4. Alkitab
5. Karton
6. Spidol atau tinta berwarna lainnya

MINGGU III
Bahan Alkitab : Keluaran 20: 14-17
Subpokok Bahasan : Kesepuluh perintah Tuhan (Bagian III: 7-10)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui kesepuluh perintah Tuhan tersebut dan mentaati serta melakukannya dalam kehidupan.
Tujuan Pembelajaran Khusus: Agar anak dapat
4. mengetahui perintah-perintah Tuhan yang ketujuh sampai kesepuluh.
5. memahami perintah-perintah Tuhan dari yang ketujuh sampai kesepuluh.
6. mentaati dan melakukan perintah-perintah Tuhan tersebut di dalam kehidupan
Aktivitas :
1. Pengajar menerangkan isi dari perintah-perintah Tuhan yang ketujuh sampai kesepuluh.
2. Anak-anak diminta untuk mengikuti pengajar mengucapkan isi dari keempat perintah tersebut sambil mereka mengingatnya.
3. Anak-anak diminta untuk menghafalkan isi dari keempat perintah tersebut.
4. Anak-anak diminta untuk menuliskan keempat perintah tersebut pada karton minggu lalu.
Sumber dan Alat :
4. Alkitab
5. Karton
6. Spidol atau tinta berwarna lainnya

MINGGU IV
Bahan Alkitab : Keluaran 20:3-17
Subpokok Bahasan : Mengulang kembali kesepuluh perintah Tuhan
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui kesepuluh perintah Tuhan tersebut dan mentaati serta melakukannya dalam kehidupan.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
4. mengingat kembali kesepuluh perintah Tuhan yang telah dipelajari pada minggu-minggu yang lalu
5. mengetahui lima perintah yang menyatakan hubungan manusia dengan Allah
6. mengetahui lima perintah Tuhan yang menyatakan hubungan manusia dengan sesamanya
Aktivitas :
1. Pengajar mengulang kembali kesepuluh perintah Tuhan secara singkat.
2. Tiga orang anak yang sudah bisa menghafal kesepuluh perintah Tuhan tersebut diminta mengulanginya di depan kelas.
3. Anak-anak diminta untuk menghias karton yang sudah ditulis dengan kesepuluh perintah Tuhan tersebut.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Karton yang sebelumnya telah ditulis dengan kesepuluh perintah tersebut.
3. Spidol atau tinta berwarna
4. Peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk menghias karton.

BULAN SEPTEMBER 2007

Pokok Bahasan : SIKAP MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN
MINGGU I
Bahan Alkitab : Ulangan 8:11-18
Subpokok Bahasan : Manusia harus bersyukur kepada Tuhan
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa Tuhan yang memberi kepercayaan kepada manusia untuk mengolah alam dan sumber daya.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menjelaskan sikap Allah terhadap bangsa Israel
2. menjelaskan bahwa Allah memenuhi kebutuhan manusia agar mereka dapat memuliakan Allah
3. menghitung berkat dan menyatakan syukurnya
Aktivitas :
1. Pengajar menjelaskan bahan bacaan Alkitab pada hari ini.
2. Siapkan alat peraga berupa gambar-gambar tentang perjalanan bangsa Israel di padang gurun.
3. Memberi kesempatan kepada 2 atau 3 orang anak untuk menceritakan kembali bacaan Alkitab pada hari ini dengan mempergunakan alat peraga yang disediakan.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Cerita-cerita Alkitab Bergambar
3. Gambar-gambar yang menjadi alat peraga

MINGGU II
Bahan Alkitab : 1 Raja-raja 21:1-16
Subpokok Bahasan : Manusia tidak boleh serakah
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa Tuhan yang memberi kepercayaan kepada manusia untuk mengolah alam dan sumber daya.

Tujuan Pembelajaran Khusus :Agar anak dapat
1. menjelaskan bahwa Raja Ahab tergiur dan menginginkan kebun anggur milik Nabot orang Yizreel
2. menjelakan bahwa cara Izebel, istri Raja Ahab mendapat kebun anggur milik Nabot adalah dengan cara memfitnah Nabot
3. mengemukakan bahwa merampas milik orang lain dengan cara memfitnah adalah sikap yang tidak berkenan di hadapan Allah
Aktivitas :
1. Bermain peran singkat: Seorang anak laki-laki yang berperan sebagai Raja Ahab dan seorang lagi yang berperan sebagai Nabot. Dan seorang anak perempuan yang berperan sebagai Izebel serta beberapa orang untuk tua-tua dan pemuka-pemuka dm masyarakat Yizreel.
2. Pengajar kembali mengingatkan kepada anak mengenai perbuatan atau sikap yang salah dan bertanya kepada anak tentang sikap yang benar berhubungan dengan bacaan.
Sumber :
1. Alkitab
2. Cerita-cerita Akitab Bergambar

MINGGU III
Bahan Alkitab : Yeremia 24:4-9
Subpokok Bahasan : Manusia mengelola lingkungan hidup untuk kesejahteraan bersama.
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa Tuhan yang memberi kepercayaan kepada manusia untuk mengolah alam dan sumber daya.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menjelaskan kembali isi perintah Allah kepada bangsa Israel
2. menjelaskan apa yang dilarang Tuhan
3. menyebutkan apa yag Tuhan maksud dengan memberikan lingkungan hidup (untuk dipelihara dan dapat dinikmati bersama)
Aktivitas :
1. Meminta anak untuk menceritakan tentang bencana yang terjadi selama ini yang mereka ketahui.
2. mendiskusikan tentang bacaan Alkitab hari ini tentang apa isi pesan dan larangan Tuhan terhadap bangsa Israel.
Sumber :
1. Alkitab

MINGGU IV
Bahan Alkitab : Ulangan 8:11-18; 1 Raja-raja 21:1-16; Yeremia 29:4-9
Subpokok Bahasan : Evaluasi
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat memahami bahwa Tuhan yang memberi kepercayaan kepada manusia untuk mengolah alam dan sumber daya
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengulang ringkas pelajaran yang telah diberikan mulai dari awal bulan September
2. menyebutkan hal-hal penting yang dapat direnungkan dan dilakukan
3. menunjukkan sikap lebih akrab terhadap lingkungan
Aktivitas :
1. Anak diminta untuk mengisi soal-soal yang diberikan dari bahan sebulan ini
Sumber dan Alat :
1. Alkitab

BULAN OKTOBER 2007

Pokok Bahasan : KESEPULUH TULAH DI MESIR
MINGGU I
Bahan Alkitab : Keluaran 7:14-8:15
Subpokok Bahasan : Kesepuluh tulah di Mesir (bagian I: tulah 1 dan 2)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui dan memahami kesepuluh tulah yang dilimpahkan Tuhan kepada bangsa Mesir karena ketidaktaatan mereka.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengetahui apa tulah pertama dan kedua yang dilimpahkan Tuhan kepada Mesir
2. memahami kedua tulah tersebut dengan pengertian mereka sendiri
3. belajar dari kesalahan bangsa Mesir dan taat kepada perintah Tuhan
Aktivitas :
1. Pengajar menjelaskan bahan Alkitab hari ini dengan memakai gambar sebagai alat peraga.
2. Pengajar meminta 2 atau 3 orang anak menyebut kembali apa tulah pertama dan kedua.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Gambar-gambar

MINGGU II
Bahan Alkitab : Keluaran 8:16-9:7
Subpokok Bahasan : Kesepuluh tulah di Mesir (bagian II: tulah 3,4 dan 5)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui dan memahami kesepuluh tulah yang dilimpahkan Tuhan kepada bangsa Mesir karena ketidaktaatan mereka.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengetahui apa tulah ketiga, keempat dan kelima yang dilimpahkan Tuhan kepada Mesir
2. memahami ketiga tulah tersebut dengan pengertian mereka sendiri
3. belajar dari kesalahan bangsa Mesir dan taat kepada perintah Tuhan
Aktivitas :
1. Pengajar menjelaskan bahan Alkitab hari ini dengan memakai gambar sebagai alat peraga.
2. Pengajar meminta 2 atau 3 orang anak menyebut kembali apa tulah ketiga, keempat dan kelima.
3. Anak diminta untuk mewarnai gambar yang telah disediakan pengajar yang sesuai dengan bahan bacaan Alkitab hari ini.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Gambar-gambar
3. Bahan yang akan diwarnai
4. Pensil warna atau crayon

MINGGU III
Bahan Alkitab : Keluaran 9:8-35
Subpokok Bahasan : Kesepuluh tulah di Mesir (bagian III: tulah 6 dan 7)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui dan memahami kesepuluh tulah yang dilimpahkan Tuhan kepada bangsa Mesir karena ketidaktaatan mereka.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengetahui apa tulah keenam dan ketujuh yang dilimpahkan Tuhan kepada Mesir
2. memahami kedua tulah tersebut dengan pengertian mereka sendiri
3. belajar dari kesalahan bangsa Mesir dan taat kepada perintah Tuhan
Aktivitas :
1. Pengajar menjelaskan bahan Alkitab hari ini dengan memakai gambar sebagai alat peraga.
2. Pengajar meminta 2 atau 3 orang anak menyebut kembali apa tulah keenam dan ketujuh.

Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Gambar-gambar

MINGGU IV
Bahan Alkitab : Keluaran 10:1-11:10
Subpokok Bahasan : Kesepuluh tulah di Mesir (bagian IV: tulah 8,9 dan 10)
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak mengetahui dan memahami kesepuluh tulah yang dilimpahkan Tuhan kepada bangsa Mesir karena ketidaktaatan mereka.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. mengetahui apa tulah kedelapan, sembilan dan kesepuluh yang dilimpahkan Tuhan kepada Mesir
2. memahami tiga tulah tersebut dengan pengertian mereka sendiri
3. belajar dari kesalahan bangsa Mesir dan taat kepada perintah Tuhan
Aktivitas :
1. Pengajar menjelaskan bahan Alkitab hari ini dengan memakai gambar sebagai alat peraga.
2. Pengajar meminta 2 atau 3 orang anak menyebut kembali apa tulah kedelapan, sembilan dan kesepuluh.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Gambar-gambar

BULAN NOVEMBER 2007

Pokok Bahasan : BANGSA DAN NEGARA
MINGGU I
Bahan Alkitab : 1 Raja-raja 1:28-31; 1:39-53
Subpokok Bahasan : Tuhan menetapkan Salomo sebagai Raja di Israel
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui bahwa Tuhan memberi kuasa untuk mengatur hidup ini.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menemukan alasan mengapa Salomo yang diurapi menjdi Raja
2. memberi komentar tentang sikap Salomo ketikaberhadapan dengan Adonia
3. menentukan sikap atau membuat pilihan tepat ketika menghadapi berbagai tanggung jawab sebagai seorang pemimpin
Aktivitas :
1. Pengajar membagi anak menjadi dua kelompok, dimana kelompok yang satu mendiskusikan hal-hal yang menyenangkan bila menjadi pemimpin dan kelompok kedua mendiskusikan hal-hal yang tidak menyenangkan bila menjadi pemimpin.
2. Semua jawaban ditulis pada selembar kertas dan dikumpulkan kepada pengajar.
3. Pengajar memberikan tanggapan akhir dan kesimpulan
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Kertas dan pena

MINGGU II
Bahan Alkitab : 1 Raja-raja 3:4-15
Subpokok Bahasan : Salomo memerintah sesuai dengan kehendak Allah
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui bahwa Tuhan memberi kuasa untuk mengatur hidup ini.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menjelaskan mengapa Salomo meminta hikmat
2. mendaftarkan gunanya hikmat dalam kehidupan sehari-hari
3. memberi contoh sikap yang menandakan bahwa ia memiliki hikmat
Aktivitas :
1. Pengajar membuat beberapa pertanyaan atau kasus untuk dinilai oleh anak, apakah itu Bijaksana(B) atau Tidak Bijaksana (TB) yang diberi dengan tanda cek.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Kertas soal dan pena

MINGGU III
Bahan Alkitab : 2 Tawarikh 36:11-20
Subpokok Bahasan : Tuhan menghukum Raja Zedekia
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui bahwa Tuhan memberi kuasa untuk mengatur hidup ini.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menjelaskan mengapa Tuhan menghukum Raja Zedekia
2. menjelaskan akibat dari hukuman yang telah Tuhan berikan
3. menyatakan sikapnya sehari-hari agar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
Aktivitas :
1. Pengajar memberikan penjelasaan tentang bacaan Alkitab hari ini.
2. Siapkan kertas karton berbentuk hati, bagikan kepada anak. Minta anak menulis sikap/sifat yang baik dan yang tidak baik.
3. Pengajar memberikan penjelasan akhir dan kesimpulan.
Sumber dan Alat :
1. Alkitab
2. Kertas karton
3. Spidol

MINGGU IV
Bahan Alkitab : 1Raja-raja 1:28-31; 1Raja-raja 3:4-5; 2Tawarikh 36:11-20
Subpokok Bahasan : Evaluasi
Tujuan Pembelajaran Umum : Agar anak dapat mengetahui bahwa Tuhan memberi kuasa untuk mengatur hidup ini.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat
1. menyebutkan hal-hal dari cerita-cerita tersebut, yang baginya merupakan pelajaran penting
2. berdiskusi dan menentukan sikap dalam kehidupannya sebagai seorang anak Kristen
Aktivitas :
1. Pengajar membuat evaluasi dari materi-materi sebulan ini
Sumber dan Alat :
1. Alkitab

Sabtu, 16 Januari 2010

KECERDASAN SOSIAL

Definisi dari Berbagai Sumber
Kecerdasan sosial erat kaitannya dengan kata “sosialisasi.” Suean Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing seseorang ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. (Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal.123).
Penyesuian sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkan daripadanya. Kedua, seberapa banyak kepuasan yang diperoleh seseorang. (Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, hal. 337).
Stephen Jay Could, On Intelligence, Monash University: 1994, menjelaskan bahwa kecerdasan sosial merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. (Ubaydillah, diakses dari www.e-psikologi.com).
Pengembangan kecerdasan sosial mengandalkan keunggulan pribadi, minimal mencakup empat bidang: (1) membaca mitos dan diversi sosial di masyarakat; (2) memahami pentingnya pembinaan diri seumur hidup; (3) mengenal aksi sosial, tuntutan situasi sosial, dan merancang reformasi sosial; (4) mengembangkan belas kasih dan memerhatikan sesama. (William Chang, diakses dari www.socialligent_wordpress.com).
Menurut Amstrong,1994, kecerdasan berinteraksi (kecerdasan sosial) ini bersifat sangat unik karena dapat bekerja secara padu dan simultan ketika seseorang sedang berpikir dan atau mengerjakan sesuatu sejauh memiliki kecerdasan emosi serta tidak selalu terhimpit oleh masalah finansial berat. Kesemuanya membangun kecerdasan sosial yang berdampak cerdas bekerja sama, melihat peluang, berperan, bertanggung jawab, memimpin, berjiwa sosial, toleransi, dapat menerima perbedaan maupun mencari solusi konflik. Komponen penting membangun kecerdasan sosial (social intelegence) adalah komunikasi dan pendidikan. Kecerdasan sosial adalah kematangan kesadaran pikiran dan budi pekerti untuk berperan secara sosial dalam kelompok atau masyarakat. Dewasa ini kecerdasan sosial bersama jati diri yang kuat dan kendali diri yang stabil sangat menunjang perkembangan dan peningkatan karier individu di masyarakat, lembaga atau perusahaan. Lebih banyak orang sukses karena terampil bekerja sama, empati dan mampu mengendalikan diri. (dr. Rinaldi Nizar, sp. Ank, diakses dari www.infonarkoba.com).
Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.Kecerdasan sosial ini bukan seperti kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Orang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. (Sumardi, diakses dari http://www.kompas.com)
• Definisi Teoritis
Kecerdasan sosial adalah kemampuan yang mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial di dalam menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok masyarakat.

• Komponen, Indikator dan Pernyataan
a. SI (Social Intelligence) internal
 Keinginan untuk bersosial dari dalam diri
1. Ketika dalam lingkungan saya ada pendatang baru, saya langsung mengunjunginya (F)
2. Keinginan untuk mengenal satu sama lain berasal dari dalam diri sendiri, bukan karena paksaan (F)
3. Ada rasa acuh tak acuh dari dalam diri ketika melihat seseorang di lingkungan kita terkena musibah (U)

 Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
1. Saya berusaha untuk memiliki hubungan yang baik dengan yang lain (F)
2. Saya menjalin hubungan yang baik dengan orang lain supaya ketika saya membutuhkan bantuan, mereka juga datang untuk menolong saya (U)

 Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain
1. Sesibuk apapun saya, ketika ada tetangga yang meminta tolong saya segera datang menolongnya (F)
2. Saya akan menunda acara yang telah lama saya direncanakan, oleh karena ada teman yang kecelakaan dan membutuhkan bantuan saya (F)
3. Saya mengalah kepada orang yang lebih tua untuk duduk di dalam kendaraan umum (F)
4. Saya mau mengambil sebagian tabungan saya untuk menolong teman yang memerlukan dukungan dana pada saat itu (F)

b. SI (Social Intelligence) eksternal
 Adanya pengaruh untuk bersosialisasi
1. Saya senang mengikuti organisasi atau kegiatan sosial yang membantu orang-orang yang terkena bencana alam (F)
2. Saya berusaha menjauhkan diri supaya tidak ikut dalam kepanitiaan sosialisasi dengan alasan pekerjaan yang cukup sibuk (U)

 Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi Sosial.
1. Ketika ada masalah dalam kelompok masyarakat atau kerja, saya lebih senang diselesaikan dengan bermusyawarah (F)
2. Tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan saya (U)
3. Lebih baik menghindar ketika ada permasalahan dengan orang lain dan pura-pura tidak tahu apa-apa (U)

Bersosial karena adanya faktor yang lain
1. Saya bersosialisasi baik dengan orang lain supaya mendapat sanjungan atau pujian dari mereka (U)
2. Ketika memberi atau menyumbangkan sesuatu untuk kegiatan amal, saya mau orang lain juga mengetahuinya (U)


DAFTAR PUSTAKA
Chang, William. ”Mengembangkan Kecerdasan Sosial.” http://www.socialligent_wordpress.com. Diakses pada tanggal 21 Mei 2008.

Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga, 1980.
Nizar, Rinaldi. “Kecerdasan Sosial.” http://www.infonarkoba.com. Diakses pada tanggal 7 Juni 2008.

Sumardi. ”Apakah Kompetensi Sosial.” http:www.kompas.com. Diakses pada tanggal 7 Juni 2008.

Ubaydilah. ”Selayang Pandang IQ, EQ dan SQ.” http://www.e-psikologi.com. Diakses pada 7 Juni 2008.

Yusuf L N, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Selasa, 12 Januari 2010

SOAL-SOAL CERDAS TANGKAS ALKITAB SD BUDYA WACANA 1 DAN 2 YOGYAKARTA KELAS 4 DAN 5

Kelompok 1
Pertanyaan Wajib
1. Tuhan menciptakan alam semesta selama 6 enam hari. Pada hari ke berapa ikan di lautan dan burung di udara diciptakan Tuhan? (Hari kelima)
2. Pada dasarnya setiap nama memiliki arti, apakah arti nama Adam? (Debu tanah)
3. Nuh memiliki tiga orang anak. Sebuatkanlah nama mereka! (Sem, Ham, dan Yafet)
4. Di dalam Perjanjian Lama ada seorang wanita yang cukup terkenal bernama Naomi. Dari manakah dia berasal? (Betlehem Yehuda atau Betlehem)
5. Selain keduabelas rasul, terdapat seorang rasul yang juga menuliskan banyak kitab dalam Perjanjian Baru, siapakah namanya? (rasul Paulus)
Pertanyaan Bagian ke 2 (dapat dilemparkan)
1. Siapakah yang membaptis Tuhan Yesus? (Yohanes Pembaptis)
2. Tuhan Yesus memiliki murid yang memiliki bermacam-macam pekerjaan. Apakah pekerjaan Petrus sebelum mengikut Yesus? (Nelayan/ pencari ikan)
3. Anak tertua Adam, Kain, membunuh adiknya sendiri. Siapakah nama adik Kain tersebut? (Habel)
4. Daud adalah raja Israel yang kedua. Siapakah raja Israel yang pertama? (Saul)
5. Pada masa Nuh terjadi banjir mahadahsyat. Berapa lama hujan turun ke bumi? (40 hari 40 malam)
Kelompok 2
Pertanyaan Wajib
1. Tuhan menciptakan alam semesta selama enam hari. Pada hari ke berapa matahari, bulan, dan bintang-bintang diciptakan Tuhan? (Hari keempat)
2. Biasanya setiap nama memiliki arti tersendiri. Apakah arti dari nama Hawa?
(Ibu semua yang hidup)
3. Yakub memiliki dua belas orang anak. Sebutkanlah tiga orang dari mereka!
(Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Yusuf, dan Benyamin)
4. Naomi memiliki dua orang menantu, salah satunya bernama Rut. Berasal dari manakah Rut? (Moab)
5. Kitab terakhir dalam Alkitab adalah kitab Wahyu. Siapakah yang menuliskan kitab ini? (rasul Yohanes)
Pertanyaan Bagian ke 2 (dapat dilemparkan)
1. Di manakah Tuhan Yesus dibaptiskan? (Sungai Yordan)
2. Tuhan Yesus ditangkap di sebuah taman. Sebutkanlah nama taman itu? (Getsemani)
3. Musa memiliki seorang kakak laki-laki. Siapakah nama kakak lelaki Musa? (Harun)
4. Perjanjian Lama memiliki 39 kitab. Sebutkanlah kitab terakhir dalam Perjanjian Lama! (Kitab Maleakhi)
5. Pada masa Nuh terjadi air bah mahadahsyat. Berapa lamakah air bah itu menutupi seluruh permukaan bumi? (150 hari)
Kelompok 3
Pertanyaan Wajib
1. Tuhan menciptakan alam semesta selama enam hari. Pada hari ke berapa Tuhan menciptakan terang? (Hari Pertama)
2. Biasanya setiap nama memiliki arti yang khusus, apakah arti dari nama Abraham?
(Bapak orang beriman)
3. Daniel memiliki tiga orang sahabat. Sebutkanlah nama-nama mereka! (Sadrakh, Mesakh dan Abednego)
4. Dalam perjalanan dari Israel ke Mesir, Musa menerima sepuluh perintah Tuhan. Di manakah Musa menerimanya? (Gunung Sinai)
5. Dalam Perjanjian Lama terdapat kitab yang berisi hikmat, bernama kitab Amsal. Siapakah yang menulis kitab Amsal? (raja Salomo)
Pertanyaan Bagian ke 2 (dapat dilemparkan)
1. Berapa hari Tuhan Yesus tinggal di padang gurun? (40 hari)
2. Salah seorang rasul yang paling terkenal adalah rasul Paulus. Siapakah nama Paulus sebelumnya? (Saulus)
3. Musa juga memiliki seorang kakak perempuan, siapakah namanya? (Miryam)
4. Tuhan Yesus pernah membangkitkan seseorang yang sudah mati dan dikuburkan selama beberapa hari. Siapakah namanya? (Lazarus)
5. Apakah tanda yang diberikan Allah untuk menunjukkan bahwa Ia tidak akan pernah mengirimkan air bah yang mahadahsyat ke bumi kembali? (Pelangi)
Kelompok 4
Pertanyaan Wajib
1. Tuhan menciptakan alam semesta selama enam hari. Pada hari keberapakah Tuhan menciptakan cakrawala? (Hari kedua)
2. Pada dasarnya setiap nama memiliki arti tersendiri. Apakah arti nama Musa?
(yang diangkat dari air)
3. Pada saat Ayub sangat menderita karena penyakit yang dialaminya, ada tiga orang sahabat yang menjenguk dan berusaha menghiburnya. Siapakah mereka?
(Elifas, Bildad dan Zofar)
4. Musa meninggal sebelum memasuki tanah perjanjian. Siapakah nama pengganti Musa? (Yosua)
5. Pada Perjanjian Lama terdapat 5 kitab taurat. Siapakah yang menuliskan kelima kita Taurat tersebut? (Musa)
Pertanyaan Bagian ke 2 (dapat dilemparkan)
1. Berapa kali iblis mencobai Tuhan Yesus di padang gurun? (3 kali)
2. Yudas iskariot menjual Tuhan Yesus kepada para imam. Berapakan imbalan yang diterima Yudas setelah menjual Yesus? (30 keping uang perak)
3. Yakub memiliki seorang kakak yang juga saudara kembarnya. Sebutkanlah namanya?
(Esau)
4. Lima puluh hari setelah Tuhan Yesus naik ke Sorga terjadi pencurahan Roh Kudus di Yerusalem. Disebut hari apakah itu? (Hari Pentakosta)
5. Siapakah nama saudara Abraham yang tinggal di Sodom dan Gomora? (Lot)



Kelompok 5
Pertanyaan Wajib
1. Tuhan menciptakan alam semesta selama enam hari. Pada hari ke berapa Tuhan menciptakan daratan, lautan dan tumbuhan? (Hari ketiga
2. Pada dasarnya setiap nama memiliki arti yang khusus. Apakah arti nama Samuel
(Aku telah memintanya dari Tuhan)
3. Tuhan Yesus memiliki dua belas orang murid. Sebutkanlah tiga orang murid Tuhan Yesus! (Simon orang Zelot, Yakobus anak Alfeus, Matius, Simon Petrus, Yakobus, Bartolomeus, Yohanes, Tomas, Filipus, Yudas Iskariot, Andreas dan Tadeus)
4. Nabi Elia memiliki seorang murid yang kelak menggantikannya sebagai nabi. Siapakah namanya? (Nabi Elisa)
5. Didalam Alkitab tercatat ada dua orang nabi yang diangkat ke Sorga. Siapakah mereka? (Henokh dan Elia)
Pertanyaan Bagian ke 2 (dapat dilemparkan)
1. Mujizat apakah yang dibuat Tuhan Yesus saat perkawinan di Kana? (air menjadi anggur)
2. Siapakah nama raksasa Filistin yang dikalahkan oleh Daud hanya dengan menggunakan ketapel? (Goliath)
3. Yakub memiliki dua belas anak laki-laki. Siapakah nama anak Yakub yang paling bungsu? (Benyamin)
4. Seseorang ingin bertemu Tuhan Yesus, namun karena pendek ia harus memanjat pohon untuk melihat Yesus. Siapakah namanya? (Zakheus)



Pertanyaan Rebutan
1. Alkitab adalah kumpulan dari 66 kitab. Ada berapa kitabkah dalam Perjanjian Lama? (39 kitab)
2. Kitab-kitab Taurat dituliskan oleh Musa. Berapakah jumlah kitab Taurat? (5)
3. Sebutkan kelima kitab Taurat Musa tersebut! (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan)
4. Yusuf putra Yakub adalah seorang tokoh Alkitab yang luar biasa. Terdapat dalam kitab apakah cerita tentang Yusuf? (Kejadian)
5. Beberapa waktu setelah kelahiran Yesus, Yusuf dan Maria membawanya ke Mesir. Mengapa mereka membawa bayi Yesus ke Mesir? (karena Herodes hendak membunuh Yesus)
6. Sebutkanlah isi hukum yang terutama! (Mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri)
7. Manusia adalah makhluk berdosa. Bagaimana caranya supaya kita dibebaskan dari dosa? (mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai penebus dosa)
8. Tuhan Yesus selama di dunia membuat banyak sekali mujjizat. Sebutkanlah tiga mujizat yang pernah dilakukan Tuhan Yesus! (Air menjadi anggur, membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang kusta, membebaskan orang yang kerasukan setan, mencelikkan mata yang buta, dan sebagainya)
9. Salah satu isi hukum Taurat adalah ” Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu.” Terdapat pada hukum keberapakah perintah tersebut? (Hukum ke lima)
10. Bangsa Israel pernah menjadi budak di Mesir. Berapa lamakah mereka berada di Mesir? (430 tahun)

Senin, 11 Januari 2010

MARAH

Efesus 4: 26-27
4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu
4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Pada situasi tertentu, kemarahan seringkali tidak dapat dihindarkan, itulah sifat kemanusiaan kita. berkenaan dengan marah ada dua sikap yang ekstrim yang sama-sama keliru; tidak bisa marah pada satu pihak, dan sangat mudah marah pada pihak lain. Keliru, karena tidak hanya merugikan sesama namun juga merugikan bahkan bisa mencelakakan diri sendiri. Marah sebenarnya tidaklah selalu salah – kadang-kadang malah menyehatkan – asalkan kemarahan itu terjadi dalam situasi dan oleh sebab yang tepat, dan disampaikan dengan cara yang tepat pula.
Paulus menasehatkan kita untuk tidak menyimpan amarah di dalam hati, sebab akan merusak hubungan dengan orang lain, namun juga akan merusak hati kita sendiri. Janganlah matahari terbenam sebelum padam amarah kita (ayat 26b). Tuhan Yesus pun pernah marah, saat Ia melihat bait Allah dibuat sebagai pasar hewan, tanpa segan-segan Ia membalikkan meja-meja penjualan dan melepaskan hewan-hewan yang akan menjadi korban bakaran. Ia benar-benar marah. Seperti Yesus, kita pun boleh marah, namun jangalah kita menjadi seorang pemarah. Kemarahan yang benar dan sehat haruslah tetap berdasarkan kasih. Sebab kasih yang benar adalah berani menegur saat orang yang kita kasihi melakukan tindakan yang salah.
Jadi, marahlah kalau itu memang diperlukan. Hanya setelah itu sampaikan alasan kemarahanmu dan lupakanlah, jangan sampai iblis berkesempatan menanamkan benih kebencian dalam hati kita.

Marah diperlukan dalam situasi dan sebab tertentu, tapi
kita tidak boleh menjadi seorang pemarah

Sabtu, 09 Januari 2010

DISPENSATIONALISM

Dispensationalism is a Protestant evangelical tradition and theology[1] based on a biblical hermeneutic that sees a series of chronologically successive "dispensations" or periods in history in which God relates to human beings in different ways under different Biblical covenants. As a system dispensationalism is rooted in the writings of John Nelson Darby and the Brethren Movement.[2]:10 The theology of dispensationalism consists of a distinctive eschatological "end times" perspective, as all dispensationalists hold to premillennialism and most hold to a pretribulation rapture. Dispensationalists believe that the nation of Israel is distinct from the Church,[3]:322 and that God will fulfill His promises to national Israel. These promises include the land promises, which in the future result in a millennial kingdom where Christ, upon His return, will rule the world from Jerusalem[4] for a thousand years. In other areas of theology, dispensationalists hold to a wide range of beliefs within the evangelical and fundamentalist spectrum.[2]:13
One of the most important underlying theological concepts for dispensationalists is progressive revelation. While some nondispensationalists start with progressive revelation in the New Testament and refer this revelation back into the Old Testament, dispensationalists begin with progressive revelation in the Old Testament and read forward in a historical sense. Therefore there is an emphasis on a gradually developed unity as seen in the entirety of Scripture. Biblical covenants are intricately tied to the dispensations. When these Biblical covenants are compared and contrasted, the result is a historical ordering of different dispensations. Also with regard to the different Biblical covenant promises, dispensationalists place emphasis on to whom these promises were written, the original recipients. This has led to certain fundamental dispensational beliefs, such as a distinction between Israel and the church.
Another important theological concept is the emphasis on what is referred to as the historical-grammatical method of interpretation. This is often popularly referred to as the "literal" interpretation of Scripture. Just as Israel literally experienced the curses spoken of in the Old Testament, dispensationalists believe that they will one day, literally, receive the blessings spoken of in the Old Testament. Just as it is with progressive revelation, the historical-grammatical method is not a concept or practice that is exclusive just to dispensationalists. However, a dispensational distinctive is created when the historical-grammatical method of interpretation is closely coupled with an emphasis on progressive revelation along with the historical development of the covenants in Scripture.
All dispensationalists hold to a clear distinction between Israel and the church. Israel is an ethnic nation[5] consisting of Jews, beginning with Abraham and continuing in existence to the present. The church consists of all saved individuals in this present dispensation - i.e., from the day of Pentecost in Acts 2 until the time of the Rapture. The distinction between Israel and the church is not mutually exclusive, as there is a recognized overlap between the two.[2]:295 The overlap consists of Jewish Christians (such as Peter and Paul) who are ethnically Jewish and also have faith in Jesus Christ. Dispensationalists also believe that toward the end of the Tribulation, Israel as a nation will turn and embrace Jesus as their Messiah right before his second coming.
edited from www.wikipedia.com